Balik lagi
dengan gua yang punya suara tidak begitu bagus tapi mungkin bisa ini memberikan
manfaat buat kalian semua. Semoga kalian sehat-sehat saja, baik-baik saja, dan
dilancarkan segala aktivitas kalian hari ini. Aamiin.
Saat pertama
kali The Fault in Our Stars muncul dan meramaikan ranah sinema dunia,
menyebabkan air mata dan membuat banyak cewek-cewek mengidam-idamkan Ansel
Elgort sebagai cowok impian mereka, hal yang sama juga ditunggu-tunggu untuk
Paper Town rilisan 2015, adaptasi dari novel best-seller nya John Green,
membawa Nat Wolff dan Cara Delevingne dalam satu frame bersama memerankan
Quentin dan Margo.
BAB I
Latar Belakang
Paper Town
adalah film romansa Amerika Serikat rilisan 2015 yang disutradarai oleh Jake
Schreier, berdasarkan novel tahun 2008 dengan judul yang sama karya John Green.
Film ini berkisah tentang petualangan Quentin atau biasa dipanggil Q dalam
mencari keberadaan gadis yang ia cintai yakni Margo Roth Spiegelman yang hilang
dengan misterius. Dalam pencariannya itu ia akan menjalin kembali keterikatan
dengan sahabat-sahabatnya di akhir masa SMA mereka dan menemukan alasan kenapa
ia mencintai Margo.
BAB II
Apa itu Paper Town
Untuk beberapa
orang khususnya mungkin yang tidak tinggal di Amerika mungkin bertanya-tanya
apa makna dari Paper Town yang kalau di bahasa Indonesiakan artinya kota
kertas. Dan apa hubungannya dengan petualangan remaja SMA? Ya menurut John
Green “Paper Town adalah kota palsu yang dibuat oleh pembuat peta untuk
melindungi hak ciptanya”.
Pembuat peta
membuat jalan palsu, kota palsu, dan jembatan palsu di peta mereka, jadi saat
mereka melihat hal-hal tersebut di peta orang lain, mereka akan tahu kalau peta
mereka telah ditiru. Dan hal ini telah berlangsung berabad-abad, bahkan hingga
sekarang. Google maps dan Apple maps punya banyak paper streets dan paper
towns. Google sendiri punya paper Town yang cukup terkenal yakni Argleton.
Lalu kembali
gua tanyakan bagaimana konsep Paper Town ini berhubungan dengan petualangan
remaja SMA? John Green melalui webnya menuturkan bahwa saat ia melihat peta, ia
benar-benar menemukan Agloe, Paper Town atau kota fiksi terkenal dekat New York.
Dari situ ia kemudian terpikir tentang Margo, sang Paper Girl yang banyak
melakukan hal-hal yang hanya Margo yang bisa melakukannya, sebagai bentuk
orisinalitas dari Margo seorang. John Green melanjutkan bahwa ia ingin
orang-orang memiliki definisi Paper Town nya sendiri-sendiri dan yang kemudian
akan memperkuat bayangan mereka tentang sosok Margo itu.
Dan tibalah
kita di ending filmnya, di saat si Paper Girl mencoba menemukan jati dirinya di
Paper Town. The Myth of Margo Roth Spiegelman dan bagaimana berita tentang
dirinya menyebar luas.
Ada yang
bilang pernah melihat Margo pentas di suatu teater di New York. Ada yang bilang
Margo jadi pelatih selancar di Malibu. Ya itu semua kemudian membawa keyakinan
baru untuk Quentin bahwa apapun yang sedang dilakukan oleh Margo, itu pasti hal
yang luar biasa.
Tapi bagi
fansnya tentu ending dari Paper Town yang memang terkesan ambigu itu
dikelilingi oleh banyak alternatif ending. John Green mengatakan, bahwa untuknya
rasa penasaran tentang akhir suatu penggalan kisah dari satu perjalanan hidup
seseorang adalah kenikmatan dalam membaca. Dia mengambil penggambaran seperti
betapa bebasnya kita berbicara tentang Harry Potter dan kehidupan anak-anak nya
setelah pertempuran akbar Harry melawan Valdemort. Karena ketika pembaca mulai
memikirkan tentang lanjutan suatu kisah menurut dirinya sendiri maka si penulis
telah berhasil merajut masa depan. Karena kisah tidak akan baik bila dijabarkan
secara lengkap dan menyeluruh hingga semua karakter tua dan akhirnya mati kan?
Jadi itu saja
yang bisa gua share pada kesempatan kali ini. Kalian bisa senggol dan tekan
tombol subscribe di bawah karena channel ini akan banyak menjelaskan tentang
nilai suatu film dari sudut yang relate dengan kehidupan kita sebagai manusia
tentunya.
Akhir kata,
semoga kalian sehat-sehat saja
0 Comments: