Senin, 08 November 2021

KENA TIPU DEH LO🤣 - Apa itu Paper Town? || Asal Usul

Balik lagi dengan gua yang punya suara tidak begitu bagus tapi mungkin bisa ini memberikan manfaat buat kalian semua. Semoga kalian sehat-sehat saja, baik-baik saja, dan dilancarkan segala aktivitas kalian hari ini. Aamiin.

Saat pertama kali The Fault in Our Stars muncul dan meramaikan ranah sinema dunia, menyebabkan air mata dan membuat banyak cewek-cewek mengidam-idamkan Ansel Elgort sebagai cowok impian mereka, hal yang sama juga ditunggu-tunggu untuk Paper Town rilisan 2015, adaptasi dari novel best-seller nya John Green, membawa Nat Wolff dan Cara Delevingne dalam satu frame bersama memerankan Quentin dan Margo.

BAB I

Latar Belakang

Paper Town adalah film romansa Amerika Serikat rilisan 2015 yang disutradarai oleh Jake Schreier, berdasarkan novel tahun 2008 dengan judul yang sama karya John Green. Film ini berkisah tentang petualangan Quentin atau biasa dipanggil Q dalam mencari keberadaan gadis yang ia cintai yakni Margo Roth Spiegelman yang hilang dengan misterius. Dalam pencariannya itu ia akan menjalin kembali keterikatan dengan sahabat-sahabatnya di akhir masa SMA mereka dan menemukan alasan kenapa ia mencintai Margo.

BAB II

Apa itu Paper Town

Untuk beberapa orang khususnya mungkin yang tidak tinggal di Amerika mungkin bertanya-tanya apa makna dari Paper Town yang kalau di bahasa Indonesiakan artinya kota kertas. Dan apa hubungannya dengan petualangan remaja SMA? Ya menurut John Green “Paper Town adalah kota palsu yang dibuat oleh pembuat peta untuk melindungi hak ciptanya”.

Pembuat peta membuat jalan palsu, kota palsu, dan jembatan palsu di peta mereka, jadi saat mereka melihat hal-hal tersebut di peta orang lain, mereka akan tahu kalau peta mereka telah ditiru. Dan hal ini telah berlangsung berabad-abad, bahkan hingga sekarang. Google maps dan Apple maps punya banyak paper streets dan paper towns. Google sendiri punya paper Town yang cukup terkenal yakni Argleton.

Lalu kembali gua tanyakan bagaimana konsep Paper Town ini berhubungan dengan petualangan remaja SMA? John Green melalui webnya menuturkan bahwa saat ia melihat peta, ia benar-benar menemukan Agloe, Paper Town atau kota fiksi terkenal dekat New York. Dari situ ia kemudian terpikir tentang Margo, sang Paper Girl yang banyak melakukan hal-hal yang hanya Margo yang bisa melakukannya, sebagai bentuk orisinalitas dari Margo seorang. John Green melanjutkan bahwa ia ingin orang-orang memiliki definisi Paper Town nya sendiri-sendiri dan yang kemudian akan memperkuat bayangan mereka tentang sosok Margo itu.

 

Dan tibalah kita di ending filmnya, di saat si Paper Girl mencoba menemukan jati dirinya di Paper Town. The Myth of Margo Roth Spiegelman dan bagaimana berita tentang dirinya menyebar luas.

Ada yang bilang pernah melihat Margo pentas di suatu teater di New York. Ada yang bilang Margo jadi pelatih selancar di Malibu. Ya itu semua kemudian membawa keyakinan baru untuk Quentin bahwa apapun yang sedang dilakukan oleh Margo, itu pasti hal yang luar biasa.

Tapi bagi fansnya tentu ending dari Paper Town yang memang terkesan ambigu itu dikelilingi oleh banyak alternatif ending. John Green mengatakan, bahwa untuknya rasa penasaran tentang akhir suatu penggalan kisah dari satu perjalanan hidup seseorang adalah kenikmatan dalam membaca. Dia mengambil penggambaran seperti betapa bebasnya kita berbicara tentang Harry Potter dan kehidupan anak-anak nya setelah pertempuran akbar Harry melawan Valdemort. Karena ketika pembaca mulai memikirkan tentang lanjutan suatu kisah menurut dirinya sendiri maka si penulis telah berhasil merajut masa depan. Karena kisah tidak akan baik bila dijabarkan secara lengkap dan menyeluruh hingga semua karakter tua dan akhirnya mati kan?

Jadi itu saja yang bisa gua share pada kesempatan kali ini. Kalian bisa senggol dan tekan tombol subscribe di bawah karena channel ini akan banyak menjelaskan tentang nilai suatu film dari sudut yang relate dengan kehidupan kita sebagai manusia tentunya.

Akhir kata, semoga kalian sehat-sehat saja

Previous Post
Next Post

0 Comments: