How to Train Your Dragon: The Hidden World hadir
sebagai seri ketiga dari trilogy How to Train Your Dragon yang dimulai sejak
rilisnya How to Train Your Dragon (2010) yang kemudian dilanjutkan dengan How
to Train Your Dragon 2 (2014). Sebagai orang yang sudah mengikuti filmnya dari
awal, ada rasa puas dan rasa tidak puas yang saya rasakan setelah selesai
menonton film ini, dan disini saya akan menjelaskan serenci yang saya bisa
mengenai tanggapan saya tentang film ini.
1.
PROFIL
Judul Film :
How to Train Your Dragon: The Hidden World
Tanggal Rilis :
9 Januari 2019 (Indonesia)
Sutradara :
Dean Deblois
Pengisi Suara :
Jay Baruchel, America Ferrera, F. Murray Abraham
Genre :
Animation, Action, Adventure
2.
SINOPSIS
Film ini berkisah 1 tahun setelah How to Train Your
Dragon 2 (2014) menceritakan tentang perjalanan Hiccup, kepala suku Berk (=kaum
Viking yang memelihara naga). Setelah kematian ayahnya, Hiccup dan
kawan-kawannya berjuang untuk membebaskan naga-naga yang ditangkap oleh para
pemburu naga dan membawanya untuk tinggal bersama di Berk. Semuanya berjalan
normal hingga muncul seorang pemburu naga ulung yang mengusik kehidupan mereka.
Dia adalah Grimmel The Deathgripper, pembunuh naga yang telah memusnahkan
banyak spesies naga. Dialah yang bertanggung jawab memusnahkan kawanan Night
Fury hingga hanya menyisahkan Toothless saja.
3.
REVIEW
(Spoiler Warning) Dari sini hingga seterusnya, tulisan
ini akan mengandung konten-konten spoiler dari film How to Train Your Dragon: The
Hidden World, tapi bila kalian fine-fine aja dengan spoiler yah monggo
dilanjutin.
How to Train Your Dragon: The Hidden World
(selanjutnya kita singkat jadi HTYD 3 aja, biar gak ribet :v) sukses membawa
para penonton kembali ke dunia Viking bersama naga terbang peliharaan mereka.
Sejak awal film, kita sudah disuguhkan dengan pertarungan Viking Berk dengan
para pemburu naga yang dilakukan secara jenaka oleh Hiccup dkk.
Setelahnya, kita dipertontonkan keindahan Desa Berk
yang berbeda dengan penampilan Desa Berk di HTYD 2. Lebih colerful dan lebih
ramai daripada Desa Berk sebelum kepemimpinan Hiccup. Ketika melihat
visualisasi desa ini, yang terbenak pertama dalam pikiran saya adalah “Apa gak
kesempitan tuh, tinggal bareng naga banyak banget di tempat sekecil itu?” wajar
saja, Berk dibangun di sebuah pulau yang dominan tebing daripada daratannya.
Tapi terlepas dari itu, tidak banyak lagi elemen
kejutan yang diperlihatkan dalam filmnya. Seakan kita sudah mengetahui film ini
akan berakhir seperti apa, karena saya sendiri merasa filmnya tetap menggunakan
formula yang sama.
Kecerobohan Tokoh Utama -> Kehilangan
Sesuatu yang Berharga -> Bangkit dan Sukses mengalahkan Villain
Saya tidak mempermasalahkan bila HTYD 3 tetap menggunakan
formula ini. Hanya saja, eksekusinya yang saya rasa terburu-buru, apalagi final
battle dari film ini yang menurut saya tidak ada serunya sama sekali. Grimmel
yang adalah pembunuh naga yang “hebat” terkesan memalukan dalam pertarungannya
di Final Battle. Dia bersama dengan armada 100 kapalnya dengan mudah takluk
dari Hiccup dkk, seakan-akan pasukannya itu adalah pasukan amatir yang tidak
memiliki keahlian bertempur sama sekali. Ini yang membuat saya jengkel sendiri
dengan pembangunan karakter penjahat di film ini.
Berlawanan dengan karakter antagonisnya, protagonis
dan tirtagonis di film ini mengambil peran yang condong pas dan tidak
berlebihan.
Hiccup yang mulai mengejar impian Dunia Sempurna bagi
Manusia dan Naga Pertama di Dunia.
Astrid, kekasih Hiccup yang selalu mendukung dan menguatkan
Hiccup.
Valka, sang ibu pemberani yang lucunya kesan keibuannya
kurang begitu menonjol sih di film ini.
Gobber, penasehat Hiccup yang selalu ketakutan pada
Hobgobbler.
Snotlout yang selalu ingin menggantikan posisi Hiccup
sebagai kepala suku Berk.
Fishlegs yang kerepotan mulu dengan Baby Fishmet.
Ruffnut yang annoying banget dengan mulut rempongnya.
Tuffnut, saudara Ruffnut yang merasa jago banget soal
percintaan dan bersedia membantu Hiccup soal cinta.
Dan masih banyak lagi.
Humor dari film ini pun hadir dengan kadar yang cukup,
kadang hanya sekedar membuat saya tersenyum kadang pula mengundang tawa
terpingkal-pingkal. Yang justru membuat saya tertawa lepas bukan dari dialog
antar karakter manusianya tapi dari tingkah laku Toothless dengan gebetannya,
Light Fury. Beberapa kali saya sampai tepuk tangan sendiri saking gemesnya
dengan interaksi sepasang Naga Fury ini.
Hal menarik lainnya adalah animasi menarik yang
disuguhkan pihak studio dari film ini, apalagi saya dibikin terkagum-kagum
dengan keindahan The Hidden World, tempat persembunyian rahasia para naga.
Melihat The Hidden World, saya seperti melihat Planet Pandora dari film Avatar.
Suci, tidak tersentuh sama sekali. Bahkan mungkin lebih bagus dari Planet
Pandora.
Yang saya sayangkan hanya ekspolarsi dari The Hidden
World itu sangat minim. Bahkan scene The Hidden World nya hanya muncul sebanyak
1 scene saja. Seharusnya The Hidden World ditampilkan lebih sering lagi hingga
kesan judul filmnya lebih kena.
Memang dari awal film kita sudah disuguhkan tentang
desas-desus ada tidaknya The Hidden World di dunia. Tapi daripada “How to Train
Your Dragon: The Hidden World”, mungkin akan lebih masuk akal bila judulnya “How
to Free Your Dragon”.
Endingnya pun berakhir bahagia, Grimmel berhasil
ditaklukkan dan Hiccup kembali menjadi pahlawan Berk “lagi”. Tapi yang berbeda
dari film sebelumnya, kini ada perpisahan. Para naga Berk pergi meninggalkan
Berk dan bersama Toothless dan Light Fury menuju The Hidden World, tempat
seharusnya mereka berada. Adegan tangisan dan sedih itu pasti, tapi untuk
membuat saya menangis atau hanya sekedar membuat mata berkaca-kaca, Pixar masih
lebih jago.
4. VOICE
OVER
Seterusnya silakan telusuri link di bawah ini:
5.
KESIMPULAN
DAN RATING
Overall, film ini cocok untuk dijadikan tontonan
menarik bersama keluarga, karena selain plot ceritanya itu ringan dan mudah
dipahami, animasi dan humornya cocok untuk setiap kalangan usia.
Dan untuk rating film ini, saya berikan rating
Mungkin itu saja review saya untuk film How to Train
Your Dragon: The Hidden World.
Saya beritahu kembali bahwa review ini adalah bentuk
penilaian saya pribadi, jadi itu menurut pandangan saya. Apabila menurut kalian
film ini seharusnya mendapatkan rating lebih tinggi dari itu, silakan gunakan
kolom komentar dengan sebijak-bijaknya.
Salam.
0 Comments: