Rabu, 22 Mei 2019

Review How to Train Your Dragon: The Hidden World. Seharusnya “How to Free Your Dragon!”

How to Train Your Dragon: The Hidden World hadir sebagai seri ketiga dari trilogy How to Train Your Dragon yang dimulai sejak rilisnya How to Train Your Dragon (2010) yang kemudian dilanjutkan dengan How to Train Your Dragon 2 (2014). Sebagai orang yang sudah mengikuti filmnya dari awal, ada rasa puas dan rasa tidak puas yang saya rasakan setelah selesai menonton film ini, dan disini saya akan menjelaskan serenci yang saya bisa mengenai tanggapan saya tentang film ini.


1.      PROFIL

Judul Film       : How to Train Your Dragon: The Hidden World
Tanggal Rilis   : 9 Januari 2019 (Indonesia)
Sutradara       : Dean Deblois
Pengisi Suara  : Jay Baruchel, America Ferrera, F. Murray Abraham
Genre              : Animation, Action, Adventure

2.      SINOPSIS
Film ini berkisah 1 tahun setelah How to Train Your Dragon 2 (2014) menceritakan tentang perjalanan Hiccup, kepala suku Berk (=kaum Viking yang memelihara naga). Setelah kematian ayahnya, Hiccup dan kawan-kawannya berjuang untuk membebaskan naga-naga yang ditangkap oleh para pemburu naga dan membawanya untuk tinggal bersama di Berk. Semuanya berjalan normal hingga muncul seorang pemburu naga ulung yang mengusik kehidupan mereka. Dia adalah Grimmel The Deathgripper, pembunuh naga yang telah memusnahkan banyak spesies naga. Dialah yang bertanggung jawab memusnahkan kawanan Night Fury hingga hanya menyisahkan Toothless saja.

3.      REVIEW

(Spoiler Warning) Dari sini hingga seterusnya, tulisan ini akan mengandung konten-konten spoiler dari film How to Train Your Dragon: The Hidden World, tapi bila kalian fine-fine aja dengan spoiler yah monggo dilanjutin.

How to Train Your Dragon: The Hidden World (selanjutnya kita singkat jadi HTYD 3 aja, biar gak ribet :v) sukses membawa para penonton kembali ke dunia Viking bersama naga terbang peliharaan mereka. Sejak awal film, kita sudah disuguhkan dengan pertarungan Viking Berk dengan para pemburu naga yang dilakukan secara jenaka oleh Hiccup dkk.

Setelahnya, kita dipertontonkan keindahan Desa Berk yang berbeda dengan penampilan Desa Berk di HTYD 2. Lebih colerful dan lebih ramai daripada Desa Berk sebelum kepemimpinan Hiccup. Ketika melihat visualisasi desa ini, yang terbenak pertama dalam pikiran saya adalah “Apa gak kesempitan tuh, tinggal bareng naga banyak banget di tempat sekecil itu?” wajar saja, Berk dibangun di sebuah pulau yang dominan tebing daripada daratannya.

Tapi terlepas dari itu, tidak banyak lagi elemen kejutan yang diperlihatkan dalam filmnya. Seakan kita sudah mengetahui film ini akan berakhir seperti apa, karena saya sendiri merasa filmnya tetap menggunakan formula yang sama. 

Kecerobohan Tokoh Utama -> Kehilangan Sesuatu yang Berharga -> Bangkit dan Sukses mengalahkan Villain

Saya tidak mempermasalahkan bila HTYD 3 tetap menggunakan formula ini. Hanya saja, eksekusinya yang saya rasa terburu-buru, apalagi final battle dari film ini yang menurut saya tidak ada serunya sama sekali. Grimmel yang adalah pembunuh naga yang “hebat” terkesan memalukan dalam pertarungannya di Final Battle. Dia bersama dengan armada 100 kapalnya dengan mudah takluk dari Hiccup dkk, seakan-akan pasukannya itu adalah pasukan amatir yang tidak memiliki keahlian bertempur sama sekali. Ini yang membuat saya jengkel sendiri dengan pembangunan karakter penjahat di film ini.

Berlawanan dengan karakter antagonisnya, protagonis dan tirtagonis di film ini mengambil peran yang condong pas dan tidak berlebihan.

Hiccup yang mulai mengejar impian Dunia Sempurna bagi Manusia dan Naga Pertama di Dunia.

Astrid, kekasih Hiccup yang selalu mendukung dan menguatkan Hiccup.

Valka, sang ibu pemberani yang lucunya kesan keibuannya kurang begitu menonjol sih di film ini.

Gobber, penasehat Hiccup yang selalu ketakutan pada Hobgobbler.

Snotlout yang selalu ingin menggantikan posisi Hiccup sebagai kepala suku Berk.

Fishlegs yang kerepotan mulu dengan Baby Fishmet.

Ruffnut yang annoying banget dengan mulut rempongnya.

Tuffnut, saudara Ruffnut yang merasa jago banget soal percintaan dan bersedia membantu Hiccup soal cinta.

Dan masih banyak lagi.   

Humor dari film ini pun hadir dengan kadar yang cukup, kadang hanya sekedar membuat saya tersenyum kadang pula mengundang tawa terpingkal-pingkal. Yang justru membuat saya tertawa lepas bukan dari dialog antar karakter manusianya tapi dari tingkah laku Toothless dengan gebetannya, Light Fury. Beberapa kali saya sampai tepuk tangan sendiri saking gemesnya dengan interaksi sepasang Naga Fury ini.

Hal menarik lainnya adalah animasi menarik yang disuguhkan pihak studio dari film ini, apalagi saya dibikin terkagum-kagum dengan keindahan The Hidden World, tempat persembunyian rahasia para naga. Melihat The Hidden World, saya seperti melihat Planet Pandora dari film Avatar. Suci, tidak tersentuh sama sekali. Bahkan mungkin lebih bagus dari Planet Pandora.

Yang saya sayangkan hanya ekspolarsi dari The Hidden World itu sangat minim. Bahkan scene The Hidden World nya hanya muncul sebanyak 1 scene saja. Seharusnya The Hidden World ditampilkan lebih sering lagi hingga kesan judul filmnya lebih kena.

Memang dari awal film kita sudah disuguhkan tentang desas-desus ada tidaknya The Hidden World di dunia. Tapi daripada “How to Train Your Dragon: The Hidden World”, mungkin akan lebih masuk akal bila judulnya “How to Free Your Dragon”.

Endingnya pun berakhir bahagia, Grimmel berhasil ditaklukkan dan Hiccup kembali menjadi pahlawan Berk “lagi”. Tapi yang berbeda dari film sebelumnya, kini ada perpisahan. Para naga Berk pergi meninggalkan Berk dan bersama Toothless dan Light Fury menuju The Hidden World, tempat seharusnya mereka berada. Adegan tangisan dan sedih itu pasti, tapi untuk membuat saya menangis atau hanya sekedar membuat mata berkaca-kaca, Pixar masih lebih jago.


4.     VOICE OVER

Seterusnya silakan telusuri link di bawah ini:

5.      KESIMPULAN DAN RATING
Overall, film ini cocok untuk dijadikan tontonan menarik bersama keluarga, karena selain plot ceritanya itu ringan dan mudah dipahami, animasi dan humornya cocok untuk setiap kalangan usia.

Dan untuk rating film ini, saya berikan rating

Mungkin itu saja review saya untuk film How to Train Your Dragon: The Hidden World.
Saya beritahu kembali bahwa review ini adalah bentuk penilaian saya pribadi, jadi itu menurut pandangan saya. Apabila menurut kalian film ini seharusnya mendapatkan rating lebih tinggi dari itu, silakan gunakan kolom komentar dengan sebijak-bijaknya.

Salam.

Previous Post
First

0 Comments: