Jumat, 14 Juni 2019

Review Godzilla: King of the Monsters | “Long Live The King!”

Godzilla: King of the Monsters (dikenal juga sebagai Godzilla II: King of the Monsters di beberapa negara) adalah film Monster Amerika Serikat tahun 2019 yang disutradari oleh Michael Dougherty dan ditulis oleh Michael Dougherty, Zach Shields, dan Max Borenstein. Film ini adalah sekuel dari Godzilla (2014), film ke-35 dari franchise Godzilla dan film ke-3 dari Monsterverse kembangan Legendary Studio.


1.      PROFIL

Judul Film       : Godzilla: King of The Monsters
Tanggal Rilis   : 29 Mei 2019 (Indonesia)
Sutradara        : Michael Dougherty
Pemeran          : Kyle Chandler, Vera Farmiga, Millie Bobby Brown
Genre               : Action, Adventure, Fantasy

2.      SINOPSIS

Film ini berkisah 5 tahun setelah kejadian di film Godzilla (2014) dimana setelah Godzilla berhasil mengalahkan MUTO, para manusia kemudian mencari keberadaan Titan-Titan lain yang tersebar di sepenjuru dunia. Tidak disangka, niat baik mereka untuk mencoba menguasai para Titan justru menjadi mala petaka bagi Bumi.


3.      REVIEW

(Spoiler Warning) Dari sini hingga seterusnya, tulisan ini akan mengandung konten-konten spoiler dari film Godzilla: King of The Monsters, tapi bila kalian fine-fine aja dengan spoiler yah monggo dilanjutin.

Godzilla: King of The Monster (selanjutnya kita singkat jadi Godzilla II aja, biar gak ribet :v) memulai filmnya dengan adegan Dr. Emma Russell (Vera Framiga) yang mengingat peristiwa 5 tahun lalu di San Francisco, dimana Godzilla dan 2 ekor, (kita bisa menyebutnya ekor atau nggak yah?) MUTO bertarung habis-habisan disana. Selain meluluh lantahkan San Francisco, kejadian tersebut juga menyebabkan salah satu anaknya yakni Andrew tewas.
Dr. Emma Russell menangis saat mengingat kejadian 5 tahun lalu

Selepas adegan tersebut, kita di pertontonkan penampakan Titan pertama yang muncul di film ini yakni Larva dari Queen of Monsters, Mothra dan bagaimana manusia (Dr. Emma Russell) bisa berinteraksi dengan Monster.
Dr. Emma Russell berhasil menjinakkan Larva Mortha dan Madison mau menyentuhnya

Di awal film, Godzilla II melakukan langkah benar dengan memberikan sedikit penyegaran bagi penonton lama untuk mengingat kembali film mereka 5 tahun lalu yaitu Godzilla (2014) dan untuk memberitahukan bahwa Godzilla II ini mengambil setting kejadian kapan. Namun masih belum cukup untuk menggambarkan bagaimana dan tentang apa Godzilla I itu berjalan. Jadi bagi kalian yang masih penasaran dengan film Godzilla I, cus nonton gih, karena filmnya benar-benar keren!
Godzilla vs. MUTO (credit by pinterest.com)

Dalam segi cerita, film Godzilla II lebih mudah ketebak akan berakhir seperti apa dibandingkan Godzilla I. Yah mengingat judulnya membawa embel-embel “King of The Monsters”, berarti ini pastinya pertarungan antara 2 Titan Alpha untuk memperebutkan posisi King of The Monsters dan dalam kasus ini, posisi ini diperebutkan Godzilla dan Ghidorah.
Pertarungan pertama Godzilla melawan Ghidorah di Antartika

Yang membedakan penyampaian cerita dari film ini dibandingkan film Godzilla I adalah sudut pandang penceritaan film ini.

Godzilla I lebih memperlihatkan tentang betapa menakutkannya para Monsters yang apabila mereka mau, bisa saja memusnahkan manusia. Sedangkan, di Godzilla II film lebih diarahkan kepada pertarungan antara para Monsters dibandingkan melihat dari sisi kerugian manusia. Bayangin aja, Washington D.C. sampai kebanjiran setinggi puluhan meter tapi gak diceritain sama sekali dampaknya. Film ini lebih diarahkan ke sisi Titannya dibandingkan ke manusianya.
Washington D.C. yang hancur lebur akibat ulah King Ghidorah

Chemistry antar karakternya pun tidak berjalan bagus. Hubungan antar ibu dan anak dan bagaimana seorang ayah berusaha menyelamatkan anaknya juga kurang membawa kita untuk turut simpati dengan kondisi mereka. Saya jujur lebih suka ketika militer lebih banyak diekspolitasi menghadapi permasalahan di film ini dibandingkan ilmuwan.
Madison yang mengingat kembali keluarganya

Yah, meskipun, otak terbukti lebih ampuh dibandingkan otot dan peluru, tapi memaksakan ilmuwan untuk turun tangan berhadapan langsung dengan Monster membuat saya terus kepikiran, “Memangnya perlu yah?” Ada beberapa adegan yang seharusnya tak perlu karakter ini, malah ada. Adegan yang seharusnya ada karakter ini, malah dia nggak ada. Apalagi fakta bahwa penyelamat dunia adalah seorang anak kecil menurut saya adalah plot cerita dangkal yang gak masuk akal.
Madison setelah berhasil menghentikan penyerangan para monster di kota

Saya tahu kalau ini adalah film fantasy yang semuanya bisa aja terjadi. Tapi meskipun fantasy masuk akal dikit lah yah. 

Tapi terlepas dari penceritaan film ini, visualisasi para Monsters ditampilkan dengan sangat menarik dan serealistis mungkin tanpa ada yang diperlihatkan secara berlebihan. Pertarungan antar Monster pun berjalan sangat intens dan menakjubkan, apalagi Final Battle film ini yang membawa kita kepada kondisi genting Godzilla dan bagaimana cara Godzilla bangkit untuk mengalahkan Ghidorah. Pokoknya penggambaran kota yang hancur dan monsternya pun tak ada yang patut dipermasalahkan.
King Ghidorah menasbihkan dirinya sebagai King of the Monster menggantikan Godzilla

Music score film ini berhasil membuat adegan tegang menjadi lebih menegangkan. Tapi untuk beberapa adegan mencekam, film ini kurang baik memanfaatkan penggunaan suara monster sebagai musiknya. Seharusnya suara Godzilla, Ghidorah, Mortha, dan monster-monster lainnya dapat dimaksimalkan lagi untuk membawa penonton ke kondisi seakan monster itu ada di depan mereka. Karena menurut saya tidak selamanya mata menjadi penentu bagaimana adegan itu akan menjadi apa.
Godzilla yang bangkit kembali dengan bantuan ledakan nuklir dari manusia

Coba aja bandingkan, lebih menyeramkan mana bila ada monster yang muncul di depan kamu tanpa bersuara sama sekali atau ada monster yang muncul di belakang kamu dengan suara menakutkan? Tentu yang belakang kan, karena kamu tidak bisa mengetahui bentuk dari monster tersebut dan hanya bisa meneka-neka bentuk monster tersebut dari suaranya saja.

Film ini diakhiri dengan kemenangan Godzilla atas King Ghidorah. Kemenangan ini menempatkan Godzilla sebagai King of The Monsters dan seluruh Titan yang ada di sepenjuru dunia pun tunduk pada Godzilla.
Pertarungan ketiga Godzilla dan King Ghidorah di Boston

Menarik menunggu kelanjutan film Godzilla berikutnya yang akan melakukan crossover franchise dengan King Kong dalm film Godzilla Vs Kong (2020).

4.     PEMERAN

Untuk Cast & Crew film ini bisa dilihat di sini:

5.      KESIMPULAN DAN RATING

Overall, film ini pantas buat kamu yang mencari hiburan dengan sarat pertarungan Monster raksasa yang menarik dengan skala kehancuran kota, pokoknya cocok untuk dibawa nonton bareng teman sekumpulan di bioskop.

Dan untuk rating film ini, saya berikan rating...

Long Live the King
~Alan Jonah~
Salam.

Previous Post
Next Post

0 Comments: