Senin, 12 Juli 2021

Alur Cerita Grave of the Fireflies (1988)

Film ini berkisah tentang kakak beradik yang harus bertahan hidup setelah rumah dan harta bendanya hancur dalam invasi udara Amerika serikat pada perang dunia ke dua. Kakak beradik itu bernama Seita dan Setsuko. Seita dan Setsuko tinggal bersama ibunya di kota Kobe, Jepang sedangkan ayahnya bekerja sebagai tentara angkatan laut Jepang dan sekarang sedang berperang melawan pihak sekutu. Suatu hari, angkatan udara Amerika Serikat menyerang kota Kobe dan membumi hanguskan semua bangunan yang ada di kota Kobe termasuk rumah Seita dan Setsuko. Seita dan Setsuko berhasil menyelamatkan diri tapi mereka terpisah dengan ibunya. Seita dan Setsuko lalu pergi ke pengungsian sementara. Di sana, Seita mendapati ibunya terluka parah dengan luka bakar di sekujur tubuhnya. Seita merahasiakan kondisi ibunya pada Setsuko agar Setsuko tidak khawatir pada ibunya. Keesokan harinya, ibunya tewas akibat luka bakar itu dan dikuburkan secara masal.

Seita dan Setsuko lalu pergi ke Nishinomiya untuk tinggal bersama dengan keluarga jauh dari ayahnya. Mereka awalnya mau menerima Seita dan Setsuko dengan suka rela, tapi lama kelamaan mereka merasa Seita dan Setsuko hanya bisa menyusahkan mereka saja. Suatu hari tante ingin menukarkan kimono ibunya Seita dengan beras, karena mereka sedang kekurangan beras saat itu. Setsuko tidak mau karena kimono itu adalah kimono yang dikenakan ibunya dalam foto keluarga mereka. Tapi tante bersikeras dan tetap menukar kimono itu. Ketika makan siang, Seita meminta tante membuatkannya nasi gulung, tapi tante tidak mau. Tante lalu mengungkit-ungkit jasanya yang hanya bisa dibalas Seita dan Setsuko dengan beras saja. Tante lalu memutuskan agar Seita dan Setsuko memasak makanannya sendiri dan tidak perlu ikut makan dengan mereka lagi.

Seita dan Setsuko lalu pergi ke kota untuk menarik uang tabungan yang dimiliki ibunya. Mereka lalu membeli kompor untuk mereka gunakan memasak nasi. Mereka juga membeli sisir untuk Setsuko dan payung. Awalnya mereka baik-baik saja dengan memasak makannya sendiri, tapi lama kelamaan mereka mulai kekurangan beras. Setsuko menangis karena kelaparan, Seita lalu memberikannya permen buah untuk menenangkan Setsuko. Setsuko sangat menyukai permen buah itu, bahkan setelah permen buah itu habis, ia malah memasukkan air ke dalam kaleng permen, dan kemudian meminumnya.  

Suatu hari, Amerika Serikat menginvasi daerah Nishinomiya. Seita dan Setsuko berlindung ke tempat perlindungan di bawah bukit. Tempat itu adalah tempat terpencil yang sudah lama tidak digunakan. Seita lalu memutuskan untuk pindah dari rumah tantenya ke tempat perlindungan itu karena sudah lelah dimarahi oleh tantenya terus menerus.

Awalnya mereka hidup dengan baik-baik saja di tempat perlindungan itu. Semua kebutuhan mereka dari makan hingga tidur semuanya diperoleh langsung dari alam. Bahkan, dalam gelapnya malam, mereka menggunakan kunang-kunang sebagai lampu tidur mereka. Pagi harinya, Setsuko mengubur kunang-kunang yang semalam mereka jadikan lampu tidur. Setsuko juga mengatakan bahwa ia tahu kalau ibunya sudah meninggal dunia. Seita meminta maaf karena tidak memberitahu Setsuko tentang hal itu dan kemudian berjanji akan terus menjaga Setsuko.

Hari berlalu dan persediaan mereka mulai menipis, mereka hendak membeli sejumlah beras ke petani, tapi petani tidak mau menjual beras mereka karena mereka juga membutuhkannya. Akhirnya untuk tetap memberi makan Setsuko, Seita pun mencuri sayur dari kebun penduduk. Suatu malam, Seita ketahuan oleh pemilik kebun dan dibawa ke kantor polisi. Beruntung ia tidak dipenjara atas tindakannya.

Seita makin kebingungan untuk memberi makan Setsuko, di lain sisi, Setsuko juga sedang mengalami diare dan kurang nutrisi akibat memakan makanan yang tidak sehat. Seita membawa Setsuko ke dokter, tapi dokter hanya bisa memeriksa kondisi Setsuko saja tanpa bisa memberikan obat padanya.

Seita lalu pergi ke kota untuk menarik uang yang nanti akan digunakannya membeli obat dan makanan yang enak untuk Setsuko. Di kota, Seita mendapat kabar bahwa Jepang sudah menyerah kepada sekutu dan angkatan laut Jepang sudah hancur lebur tenggelam ke dasar laut, yang artinya ayahnya Seita pun ikut tewas. Seita berusaha bersikap tenang dan memilih fokus merawat Setsuko. Seita pulang dengan membawa makanan dan obat untuk Setsuko. Di tempat perlindungan, Seita mendapati Setsuko sedang mengunyah kelereng kotor yang ia kiranya permen. Seita segera mengeluarkan kelereng itu dari mulut Setsuko, dan memberinya semangka yang ia bawa dari kota. Seita lalu memasakkan bubur nasi telur untuk Setsuko tapi sudah terlambat, Setsuko sudah meninggal dunia.

Keesokan harinya, Seita mengeramasi Setsuko dan menyimpan abunya ke dalam kaleng permen kesukaannya Setsuko. Seita hidup sebatang kara sekarang. Seita lalu pergi ke Kobe dan jadi gelandangan di sana. Beberapa hari kemudian, Seita meninggal dunia di stasiun kereta Kobe karena kelaparan.

Previous Post
Next Post

0 Comments: