Film ini berkisah tentang kakak
beradik yang harus bertahan hidup setelah rumah dan harta bendanya hancur dalam
invasi udara Amerika serikat pada perang dunia ke dua. Kakak beradik itu
bernama Seita dan Setsuko. Seita dan Setsuko tinggal bersama ibunya di kota
Kobe, Jepang sedangkan ayahnya bekerja sebagai tentara angkatan laut Jepang dan
sekarang sedang berperang melawan pihak sekutu. Suatu hari, angkatan udara
Amerika Serikat menyerang kota Kobe dan membumi hanguskan semua bangunan yang
ada di kota Kobe termasuk rumah Seita dan Setsuko. Seita dan Setsuko berhasil
menyelamatkan diri tapi mereka terpisah dengan ibunya. Seita dan Setsuko lalu
pergi ke pengungsian sementara. Di sana, Seita mendapati ibunya terluka parah
dengan luka bakar di sekujur tubuhnya. Seita merahasiakan kondisi ibunya pada
Setsuko agar Setsuko tidak khawatir pada ibunya. Keesokan harinya, ibunya tewas
akibat luka bakar itu dan dikuburkan secara masal.
Seita dan Setsuko lalu pergi ke
Nishinomiya untuk tinggal bersama dengan keluarga jauh dari ayahnya. Mereka
awalnya mau menerima Seita dan Setsuko dengan suka rela, tapi lama kelamaan
mereka merasa Seita dan Setsuko hanya bisa menyusahkan mereka saja. Suatu hari
tante ingin menukarkan kimono ibunya Seita dengan beras, karena mereka sedang
kekurangan beras saat itu. Setsuko tidak mau karena kimono itu adalah kimono
yang dikenakan ibunya dalam foto keluarga mereka. Tapi tante bersikeras dan
tetap menukar kimono itu. Ketika makan siang, Seita meminta tante membuatkannya
nasi gulung, tapi tante tidak mau. Tante lalu mengungkit-ungkit jasanya yang
hanya bisa dibalas Seita dan Setsuko dengan beras saja. Tante lalu memutuskan
agar Seita dan Setsuko memasak makanannya sendiri dan tidak perlu ikut makan
dengan mereka lagi.
Seita dan Setsuko lalu pergi ke
kota untuk menarik uang tabungan yang dimiliki ibunya. Mereka lalu membeli
kompor untuk mereka gunakan memasak nasi. Mereka juga membeli sisir untuk
Setsuko dan payung. Awalnya mereka baik-baik saja dengan memasak makannya
sendiri, tapi lama kelamaan mereka mulai kekurangan beras. Setsuko menangis
karena kelaparan, Seita lalu memberikannya permen buah untuk menenangkan
Setsuko. Setsuko sangat menyukai permen buah itu, bahkan setelah permen buah
itu habis, ia malah memasukkan air ke dalam kaleng permen, dan kemudian
meminumnya.
Suatu hari, Amerika Serikat
menginvasi daerah Nishinomiya. Seita dan Setsuko berlindung ke tempat
perlindungan di bawah bukit. Tempat itu adalah tempat terpencil yang sudah lama
tidak digunakan. Seita lalu memutuskan untuk pindah dari rumah tantenya ke
tempat perlindungan itu karena sudah lelah dimarahi oleh tantenya terus
menerus.
Awalnya mereka hidup dengan
baik-baik saja di tempat perlindungan itu. Semua kebutuhan mereka dari makan
hingga tidur semuanya diperoleh langsung dari alam. Bahkan, dalam gelapnya
malam, mereka menggunakan kunang-kunang sebagai lampu tidur mereka. Pagi
harinya, Setsuko mengubur kunang-kunang yang semalam mereka jadikan lampu
tidur. Setsuko juga mengatakan bahwa ia tahu kalau ibunya sudah meninggal
dunia. Seita meminta maaf karena tidak memberitahu Setsuko tentang hal itu dan
kemudian berjanji akan terus menjaga Setsuko.
Hari berlalu dan persediaan mereka
mulai menipis, mereka hendak membeli sejumlah beras ke petani, tapi petani
tidak mau menjual beras mereka karena mereka juga membutuhkannya. Akhirnya
untuk tetap memberi makan Setsuko, Seita pun mencuri sayur dari kebun penduduk.
Suatu malam, Seita ketahuan oleh pemilik kebun dan dibawa ke kantor polisi. Beruntung
ia tidak dipenjara atas tindakannya.
Seita makin kebingungan untuk
memberi makan Setsuko, di lain sisi, Setsuko juga sedang mengalami diare dan
kurang nutrisi akibat memakan makanan yang tidak sehat. Seita membawa Setsuko
ke dokter, tapi dokter hanya bisa memeriksa kondisi Setsuko saja tanpa bisa
memberikan obat padanya.
Seita lalu pergi ke kota untuk
menarik uang yang nanti akan digunakannya membeli obat dan makanan yang enak
untuk Setsuko. Di kota, Seita mendapat kabar bahwa Jepang sudah menyerah kepada
sekutu dan angkatan laut Jepang sudah hancur lebur tenggelam ke dasar laut,
yang artinya ayahnya Seita pun ikut tewas. Seita berusaha bersikap tenang dan
memilih fokus merawat Setsuko. Seita pulang dengan membawa makanan dan obat
untuk Setsuko. Di tempat perlindungan, Seita mendapati Setsuko sedang mengunyah
kelereng kotor yang ia kiranya permen. Seita segera mengeluarkan kelereng itu
dari mulut Setsuko, dan memberinya semangka yang ia bawa dari kota. Seita lalu
memasakkan bubur nasi telur untuk Setsuko tapi sudah terlambat, Setsuko sudah
meninggal dunia.
Keesokan harinya, Seita mengeramasi
Setsuko dan menyimpan abunya ke dalam kaleng permen kesukaannya Setsuko. Seita
hidup sebatang kara sekarang. Seita lalu pergi ke Kobe dan jadi gelandangan di
sana. Beberapa hari kemudian, Seita meninggal dunia di stasiun kereta Kobe
karena kelaparan.
0 Comments: