Rabu, 14 Juli 2021

Jangan Belajar Sejarah Jepang Dari Game Ghost Of Tsushima

Peristiwa yang ada di game Ghost of Tsushima – di mana hanya ada sekelompok samurai saja yang bertahan dan melawan ribuan tentara Mongoli, Kurang lebih memang akurat dengan fakta sejarahnya.  Tentara Mongolia memang menginvasi pulau Tsushima pada tahun 1274 sebagaimana digambarkan di dalam game, dan mereka disambut oleh sekelompok kecil samurai yang dengan cepat bisa mereka tumpas. Ghost of Tsushima dibangun dengan premis dasar yang sama seperti itu hanya karena karakter utamanya itu samurai Jepang bukan tentara Mongol, jadi perlu ada sentuhan fiksi di banyak sisi, terutama dalam cara memperkenalkan sejumlah karakternya.

Developer game ini yakni Sucker Punch hingga memanggil dua orang samurai modern untuk datang ke kantor mereka demi menjaga akurasi historis dari game yang mereka kembangkan. Salah satu pendiri Sucker Punch, yakni Chris Zimmerman mengatakan dalam sebuah wawancara tahun 2018 dengan GameSpot bahwa alur cerita yang diangkat Ghost of Tsushima tidak akan mengikuti secara penuh sejarah aslinya, hal itu dilakukan agar tetap menjaga rasa fun atau menyenangkan dari gamenya nanti.

Berikut adalah tiga perbedaan terbesar antara fakta sejarah dengan cerita yang disajikan dalam Ghost of Tsushima.

  • KARAKTER DI GHOST OF TSUSHIMA TIDAK PERNAH ADA DI DUNIA NYATA

Jin Sakai dan pamannya yakni Lord Shimura tidak pernah muncul dalam pertempuran di pulau Tsushima. Kedua karakter itu sepenuhnya adalah fiksi. Meski demikian, klan Samurai Sakai memang benar-benar ada, tapi klan itu tidak lahir hingga abad ke-14, dan klan Sakai tidak pernah dipimpin oleh seorang pria bernama “Jin”. Juga tidak ada yang namanya “Klan Shimura” di Jepang, walaupun nama Shimura adalah nama yang umum di gunakan di Jepang.

Musuh Jin dan Lord Shimura yakni cucu Jenghis Khan yang bernama Khotun Khan juga adalah karakter fiksi – meskipun Jenghis Khan memang memiliki banyak cucu laki-laki. Sebenarnya, yang memimpin invasi Mongol ke Jepang yang pertama bukanlah Khotun Khan, melainkan Kublai Khan.

Di dunia nyata, Samurai di pulau Tsushima tidak dipimpin oleh Jin Sakai melainkan oleh Sukekuni So, dari keluarga So Daimyo. Ia memipin sekitar 80 samurai dan meninggal selama invasi awal Mongolia.

Jadi bisa dikatakan bahwa Ghost of Tsushima memang sudah berniat menyimpang dari sejarah sejak awal. Meski demikian, penyimpangan sejarah ini membuat Ghost of Tsushima menjadi lebih fleksibel, karena Sucker Punch bisa dengan leluasa membuat sekuel dari game ini di masa depan tanpa harus terkekang dengan sejarah secara berlebihan, berbeda dengan seri Assassin’s Creed yang memasukkan tokoh-tokoh besar dunia ke dalam gamenya seperti Alexander Graham Bell di Assassin’s Creed Syndicate dan Plato di Assassin’s Creed Odyssey yang membuat mereka kesusahan memilih setting waktu karena harus berjibaku dengan tanggal kematian tokoh-tokoh besar tersebut.

  • TIDAK ADA ORANG JEPANG YANG BERDIRI SEORANG DIRI MENENTANG MONGOL!

Dalam Ghost of Tsushima, Jin Sakai berdiri seorang diri melawan orang-orang Mongol dan akhirnya berhasil mengusir mereka di akhir game. Faktanya, tidak ada orang seperti Jin di kehidupan nyata. Tentara Mongolia gagal menginvasi Jepang bukan karena kecerdikan Jin Sakai melainkan karena badai besar yang melanda Jepang kala itu yang diberi nama badai Kyushu pada tahun 1274. Badai yang berbeda juga menggagalkan upaya invasi kedua yang dilakukan Mongol pada tahun 1281.

Nah, Jin Sakai diibaratkan sebagai badai tersebut yang kemudian dijuluki “kamikaze” yang berarti “Angin Dewa”. Pada masa itu, badai yang dianggap orang-orang Jepang sebagai mukjizat itu dihubungkan dengan dewa petir, yakni Raijin yang memberikan bantuan kepada orang-orang Jepang. Meski dianggap sebagai mitos belaka, tapi masih ada beberapa ilmuwan modern yang mempercayai hal itu.

SAMURAI PADA ABAD KE-13 TIDAK MENGGUNAKAN ARMOR

Mendengar kata samurai kita langsung membayangkan manusia kuat dengan pedangnya. “Jalan Pedang” menjadi cita-cita yang kemudian terkenal luas di sepenjuru dunia. Namun pada abad ke-13, para samurai tidak menggunakan armor shogun megah. Daripada armor mereka lebih memilih busur dan anak panah. Orang Mongolia juga pada umumnya lebih suka pada busur dan anak panah dalam pertempuran.

Salah satu pendiri Sucker Punch, yakni Chris Zimmerman dalam wawancaranya dengan GameSpot pada tahun 2018 mengatakan bahwa Ghost of Tsuhima memang tidak menggambarkan samurai pada abad ke-13, melainkan menggambarkan samurai yang sudah dikenal masyarakat luas pada umumnya, yakni para samurai pada abad ke-16, hingga ke-18. 

Zimmerman juga menambahkan bahwa Ghost of Tsushima tidak sepenuhnya tentang samurai saja. Karena kita tetap dibebaskan untuk membunuh musuh secara diam-diam, yang notabene berlawanan dengan kode etik samurai yang hanya melawan musuh secara face to face.

Singkatnya, terkait dengan alur cerita dan keseluruhan dari game ini memang mengambil dasar dari sejarah invasi Mongol ke Jepang. Namun, agar tetap bisa dikonsumsi oleh masyarakat modern seperti kita, keputusan Sucker Punch untuk merombak sejarah dan menambahkan pemanis-pemanis cerita fiksi di dalamnya memang bukanlah suatu hal yang salah dan patut untuk dihargai.

Related Posts

0 Comments: