Peristiwa yang ada di game Ghost of
Tsushima – di mana hanya ada sekelompok samurai saja yang bertahan dan melawan
ribuan tentara Mongoli, Kurang lebih memang akurat dengan fakta
sejarahnya. Tentara Mongolia memang
menginvasi pulau Tsushima pada tahun 1274 sebagaimana digambarkan di dalam
game, dan mereka disambut oleh sekelompok kecil samurai yang dengan cepat bisa
mereka tumpas. Ghost of Tsushima dibangun dengan premis dasar yang sama seperti
itu hanya karena karakter utamanya itu samurai Jepang bukan tentara Mongol,
jadi perlu ada sentuhan fiksi di banyak sisi, terutama dalam cara memperkenalkan
sejumlah karakternya.
Developer game ini yakni Sucker
Punch hingga memanggil dua orang samurai modern untuk datang ke kantor mereka
demi menjaga akurasi historis dari game yang mereka kembangkan. Salah satu
pendiri Sucker Punch, yakni Chris Zimmerman mengatakan dalam sebuah wawancara
tahun 2018 dengan GameSpot bahwa alur cerita yang diangkat Ghost of Tsushima tidak
akan mengikuti secara penuh sejarah aslinya, hal itu dilakukan agar tetap
menjaga rasa fun atau menyenangkan dari gamenya nanti.
Berikut adalah tiga perbedaan
terbesar antara fakta sejarah dengan cerita yang disajikan dalam Ghost of
Tsushima.
- KARAKTER DI GHOST OF TSUSHIMA TIDAK PERNAH ADA DI DUNIA NYATA
Jin Sakai dan pamannya yakni Lord
Shimura tidak pernah muncul dalam pertempuran di pulau Tsushima. Kedua karakter
itu sepenuhnya adalah fiksi. Meski demikian, klan Samurai Sakai memang
benar-benar ada, tapi klan itu tidak lahir hingga abad ke-14, dan klan Sakai
tidak pernah dipimpin oleh seorang pria bernama “Jin”. Juga tidak ada yang namanya
“Klan Shimura” di Jepang, walaupun nama Shimura adalah nama yang umum di
gunakan di Jepang.
Musuh Jin dan Lord Shimura yakni
cucu Jenghis Khan yang bernama Khotun Khan juga adalah karakter fiksi –
meskipun Jenghis Khan memang memiliki banyak cucu laki-laki. Sebenarnya, yang
memimpin invasi Mongol ke Jepang yang pertama bukanlah Khotun Khan, melainkan
Kublai Khan.
Di dunia nyata, Samurai di pulau
Tsushima tidak dipimpin oleh Jin Sakai melainkan oleh Sukekuni So, dari
keluarga So Daimyo. Ia memipin sekitar 80 samurai dan meninggal selama invasi
awal Mongolia.
Jadi bisa dikatakan bahwa Ghost of
Tsushima memang sudah berniat menyimpang dari sejarah sejak awal. Meski
demikian, penyimpangan sejarah ini membuat Ghost of Tsushima menjadi lebih
fleksibel, karena Sucker Punch bisa dengan leluasa membuat sekuel dari game ini
di masa depan tanpa harus terkekang dengan sejarah secara berlebihan, berbeda
dengan seri Assassin’s Creed yang memasukkan tokoh-tokoh besar dunia ke dalam
gamenya seperti Alexander Graham Bell di Assassin’s Creed Syndicate dan Plato
di Assassin’s Creed Odyssey yang membuat mereka kesusahan memilih setting waktu
karena harus berjibaku dengan tanggal kematian tokoh-tokoh besar tersebut.
- TIDAK ADA ORANG JEPANG YANG BERDIRI SEORANG DIRI MENENTANG MONGOL!
Dalam Ghost of Tsushima, Jin Sakai
berdiri seorang diri melawan orang-orang Mongol dan akhirnya berhasil mengusir
mereka di akhir game. Faktanya, tidak ada orang seperti Jin di kehidupan nyata.
Tentara Mongolia gagal menginvasi Jepang bukan karena kecerdikan Jin Sakai
melainkan karena badai besar yang melanda Jepang kala itu yang diberi nama
badai Kyushu pada tahun 1274. Badai yang berbeda juga menggagalkan upaya invasi
kedua yang dilakukan Mongol pada tahun 1281.
Nah, Jin Sakai diibaratkan sebagai
badai tersebut yang kemudian dijuluki “kamikaze” yang berarti “Angin Dewa”.
Pada masa itu, badai yang dianggap orang-orang Jepang sebagai mukjizat itu
dihubungkan dengan dewa petir, yakni Raijin yang memberikan bantuan kepada
orang-orang Jepang. Meski dianggap sebagai mitos belaka, tapi masih ada
beberapa ilmuwan modern yang mempercayai hal itu.
SAMURAI PADA ABAD KE-13 TIDAK
MENGGUNAKAN ARMOR
Mendengar kata samurai kita
langsung membayangkan manusia kuat dengan pedangnya. “Jalan Pedang” menjadi cita-cita
yang kemudian terkenal luas di sepenjuru dunia. Namun pada abad ke-13, para
samurai tidak menggunakan armor shogun megah. Daripada armor mereka lebih
memilih busur dan anak panah. Orang Mongolia juga pada umumnya lebih suka pada
busur dan anak panah dalam pertempuran.
Salah satu pendiri Sucker Punch,
yakni Chris Zimmerman dalam wawancaranya dengan GameSpot pada tahun 2018
mengatakan bahwa Ghost of Tsuhima memang tidak menggambarkan samurai pada abad
ke-13, melainkan menggambarkan samurai yang sudah dikenal masyarakat luas pada
umumnya, yakni para samurai pada abad ke-16, hingga ke-18.
Zimmerman juga menambahkan bahwa
Ghost of Tsushima tidak sepenuhnya tentang samurai saja. Karena kita tetap
dibebaskan untuk membunuh musuh secara diam-diam, yang notabene berlawanan
dengan kode etik samurai yang hanya melawan musuh secara face to face.
Singkatnya, terkait dengan alur
cerita dan keseluruhan dari game ini memang mengambil dasar dari sejarah invasi
Mongol ke Jepang. Namun, agar tetap bisa dikonsumsi oleh masyarakat modern
seperti kita, keputusan Sucker Punch untuk merombak sejarah dan menambahkan
pemanis-pemanis cerita fiksi di dalamnya memang bukanlah suatu hal yang salah
dan patut untuk dihargai.
0 Comments: