Konsep tentang luar angkasa pada
dasarnya sangat rumit. Dalam film seperti Ad Astra, 2001 A Space Odysse, dan
Interstellar dimana aturan tentang ruang angkasa terus dipertanyakan. Tapi ada
satu elemen yang selalu menjadi fokus di setiap film tentang luar angkasa yakni
waktu. Entah film tentang astronot yang terjun ke wilayah kosmos yang belum
dipetakan, atau sekedar melakukan ekspedisi ke bulan, satu hal yang pasti bahwa
waktu berfungsi secara berbeda di ruang angkasa.
Drama Sci-Fi tahun 2016 karya Denis
Villeneuve yakni Arrival membawa studi waktu ke tingkat yang lebih baru lagi.
Mengadaptasi cerita pendek Ted Chiang berjudul “Story of Your Life”, Villenueve
dan penulis skenario Eric Heisserer menganggap film ini sebagai kesempatan
mereka mengemukakan makhluk apa yang mungkin bisa mengajari kita tentang waktu,
jawabannya adalah makhluk luar angkasa. Dengan menggunakan struktur naratif
abstrak yang halus, mereka mempertimbangkan apa perbedaan antara bagaimana kita
diajarkan untuk berpikir tentang waktu dan bagaimana hal itu benar-benar
terjadi.
Arrival dimulai dengan berita bahwa
ada 12 pesawat alien yang tiba-tiba muncul di Bumi. Ahli bahasa terhormat yakni
Louise Banks yang diperankan Amy Adams direkrut oleh militer Amerika Serikat
untuk mengunjungi salah satu lokasi pendaratan pesawat alien dan berusaha
berkomunikasi dengan makhluk luar angkasa yang ada di pesawat alien itu. Dia
bekerja sama dengan fisikawan bernama Ian Donnelly yang diperankan Jeremy
Renner sang Hawkeye, untuk meneliti bahasa makhluk yang kemudian dipanggil sebagai
“Heptapod”. Heptapod berkomunikasi menggunakan zat tinta yang mereka tempelkan
di kaca pesawat luar angkasa mereka.
Di akhir film, Louise telah
menggunakan keahliannya untuk berhasil menguasai kosakata alien, dan dia
membagikan kunci bahasa yang dia buat pada kelompok ilmuwan dan negara dimana
pesawat luar angkasa yang lain mendarat. Tetapi ketika China dengan tim ahli
bahasa mereka berhasil menafsirkan kata dari Heptapod yang berbunyi ancaman,
otoritas China lalu memutuskan hubungan informasi mereka dengan negara lain
yang kemudian mulai banyak diikuti oleh negara-negara lain juga.
Situasi berada di luar kendali.
China mengeluarkan peringatan kepada Heptapod berisi ultimatum apabila Heptapod
tidak pergi dari wilayah China, maka China akan menghancurkan kapal Heptapod.
Para pemimpin negara lain, mulai melakukan inisiasi yang sama dengan China.
Kondisi itu sangat buruk, karena Ian menganggap, setiap negara harus saling
terbuka dan saling berbagi informasi agar setiap bagian komunikasi dari si
alien dapat disatukan untuk mengungkapkan pesan lengkap dari Heptapod.
Louise tahu bahwa sangat penting
bagi penduduk Bumi untuk tetap melanjutkan hubungan mereka dengan Heptapod. Itu
karena siapapun yang berkomunikasi langsung dan memahami bahasa Heptapod tidak
bisa lagi melihat waktu secara linier. Itu lah yang terjadi pada Louise bahwa
dari setiap kenangan anaknya yang ia lihat selama ini, rupanya itu bukanlah
kenangan dari masa lalu melainkan penglihatan dari masa depan. Terungkap juga
bahwa nanti Louise akan menikah dengan Ian, dan Ian akan meninggalkan Louise
karena selama ini Louise merahasiakan kemampuannya dalam melihat masa depan.
Meskipun demikian, Louise tidak
mengubah masa depannya. Dia tetap memastikan bahwa manusia dan alien harus
terus hidup berdampingan dengan memberi tahu Jenderal tertinggi China yakni
Jenderal Chang kata-kata terakhir Istrinya yang kemudian membuat Jenderal Chang
percaya dengan perkataan Louise dan membatalkan rencana China menyerang pesawat
luar angkasanya Heptapod. Setelah itu Louise melanjutkan hidup seperti yang
sudah ia ketahui. Ia menikah dengan Ian, punya anak yang kemudian diberi nama
Hannah, dan Hannah meninggal di usia belia karena kanker.
Untuk benar-benar memahami kompleksitas
waktu di film ini, pertama kita harus terbiasa dengan Sapir-Whorf Hypothesis,
yang dikemukakan Ian pada scene pertamanya di film ini. Dikemukakan pertama
kali oleh Edward Sapir pada tahun 1929, teori itu menunjukkan bahwa ada
hubungan kuat antara bahasa, budaya, dan pikiran seorang penutur dalam
membentuk pengalaman kita tentang dunia. Ini memanifestasikan dirinya dengan
cara yang jelas dan halus dalam masyarakat kita. Salah satu contohnya bisa kita
liat pada kategorisasi profesi berdasarkan gender, misalnya perbedaan antara
aktor dan aktris yang kemudian menginformasikan cara kita memandang pria dan
wanita secara berbeda.
Namun dalam Arrival, Sapir-Whorf
Hypothesis diberi arti yang baru. Sebelum Louise sepenuhnya memahami bahasa
alien, dia diberi petunjuk tentang pikirannya yang kerap memunculkan suatu
kenangan. Semakin dekat dia memahami Heptapod, semakin banyak penglihatan yang
dia miliki tentang Hannah. Dan di akhir film, Louise diberi tahu bahwa anak
yang ada di kepalanya itu adalah anaknya dari masa depan, yang kemudian menjadi
bukti bahwa otak Louise telah diperbaiki seiring ia mengetahui bahasa alien.
Tapi bukan tugas Heptapod untuk
mengendalikan masa depan. Mereka bertindak sebagai entitas yang maha tahu
dimana mereka memberikan manusia alat untuk melihat masa depan. Tentu saja, ini
menimbulkan banyak pertanyaan filosofis. Apakah bahasa baru ini membuktikan
keberadaan takdir? Atau apakah itu hanya mendorong sudut pandang eksistensial?
Jawabannya tergolong rumit
sebenarnya. Pada akhirnya, kesimpulannya bisa keduanya. Meskipun tidak ada scene
dalam film Arrival yang bertentangan dengan ramalan yang dimiliki oleh Louise
tapi semuanya pada akhirnya adalah pilihannya Louise. Seperti ketika Ian
melamar Louise, Louise bisa saja menolak lamaran Ian sehingga ia tak perlu
melahirkan Hannah dan menerima kenangan-kenangan pahit yang ia tahu akan ia
alami di masa depan. Dia menerima lamaran Ian karena ia ingin masa lalu
berjalan seperti yang dia ketahui. Kedua pilihan ini dibuat secara independen,
hanya dengan pengetahuan yang lebih besar karena sudah melihat masa depan
sebelumnya.
0 Comments: