Jumat, 21 Juni 2019

Review Dark Phoenix | "You Are Not Broken"

X-Men: Dark Phoenix adalah film superhero Amerika Serikat tahun 2019 yang didasarkan pada karakter Marvel Comics yakni X-Men, diproduksi oleh 20th Century Fox dan didistribusikan oleh Walt Disney Studios Motion Pictures. Film ini adalah seri ke-12 film layar lebar dari karakter X-Men, sekuel langsung film X-Men: Apocalypse (2016) dan film ke-7 dari franchise utama X-Men.



PROFIL


Judul Film       : X-Men: Dark Phoenix
Tanggal Rilis   : 14 Juni 2019 (Indonesia)
Sutradara       : Simon Kinberg
Penulis            : Simon Kinberg
Pemeran         : James McAvoy, Michael Fassbender, Jennifer Lawrence
Studio             : 20th Century Fox
Genre              : Action, Adventure, Sci-Fi


SINOPSIS


Film ini berkisah tentang Jean Grey (Sophie Turner) yang menyerap kekuatan kosmik misterius yang memberikannya kekuatan luar biasa. Jean yang masih remaja kesulitan mengendalikan kekuatan itu dan akhirnya menyebabkan kerusakan dimana-mana. X-Men pun berusaha menghentikan Jean dan mengembalikan kondisinya seperti semula.


REVIEW

(Spoiler Warning) Dari sini hingga seterusnya, tulisan ini akan mengandung konten-konten spoiler dari film X-Men: Dark Phoenix, tapi bila kalian fine-fine aja dengan spoiler yah monggo dilanjutin.)

Bermula dari kisah Jean Grey semasa kecil (Summer Fontana), saat itu tanpa sengaja Jean membunuh orang tuanya menggunakan kekuatan telekinesis. Mengetahui potensi luar biasa yang dimiliki oleh Jean, Charles Xavier (James McAvoy) mengajak Jean untuk ikut dengannya ke Xavier’s School agar Charles bisa membimbing Jean untuk menggunakan kekuatannya di jalan yang benar.


Sesuai judulnya, Dark Phoenix mengambil fokus pada Jean Grey, seorang mutan dengan bakat luar biasa melebihi kemampuan mutan pada umumnya. Itulah mengapa kita diberikan sedikit penggambaran masa lalu Jean dan bagaimana Jean melewati masa krisisnya saat masih kecil.

Gaya penceritaan seperti ini sebenarnya sudah sering dilakukan oleh banyak sineas-sineas Hollywood yang adegan ini kemudian akan menjadi penolong saat masa-masa krisis di ending nanti. Untuk sebuah film pamungkas seri X-Men, film ini seakan malas untuk membuat cerita yang lebih menarik.    


Berbicara mengenai plot ceritanya, hal yang saya sukai dari X-Men: Dark Phoenix adalah bagaiamana dia berani untuk tampil beda dengan film X-Men sebelumnya. Maksudnya begini, dari X-Men (2000) hingga X-Men: Days of Future Past (2014), permasalahan utama yang diangkat selalu tentang Mutan Vs Manusia.

Ceritanya baru mulai berbeda semenjak X-Men: Apocalypse (2016) dan akhirnya dikembangkan kembali di X-Men: Dark Pheonix (2019). Saya curiga sebenarnya 20th Century Fox memiliki plan untuk mulai memasukkan X-Men ke level kosmik hingga lawannya bukan manusia lagi, tapi tentunya plan tersebut harus dikubur dalam-dalam karena 20th Century Fox telah resmi diakusisi oleh Disney.


Yang saya benci dari plot cerita film ini adalah bagaimana film ini gagal membuat Jean Grey tampil menakutkan. Karena dari awal sampai akhir film saya merasa tidak terancam dengan kekuatan Dark Phoenix. Kekuatan maha dahsyatnya itu seperti tidak bisa banyak membantu untuk memberikan kesan menakutkan.

Ditambah dengan villain lain yang ceritanya ingin memanfaatkan Dark Phoenix untuk menghancurkan Bumi, justru menurut saya plot cerita ini sangat dipaksakan. Seandainya saja, Simon Kinberg benar-benar fokus membangun karakter Dark Phoenix agar memberikan ancaman sungguhan bagi dunia, pasti film ini bisa tampil jauh lebih baik dari film X-Men: Days of Future Past yang menurut saya adalah film X-Men terbaik sejauh ini.


Di film ini, hal yang paling bisa dibanggakan adalah acting dari para aktor dan artis nya. Sophie Turner dan Jessica Chastain yang berperan sebagai Jean Grey dan Vuk (Alien yang ingin menguasai Bumi) menurut saya adalah yang paling baik dalam segi ekspresi dan pendalaman karakter. Yang satunya tampil gahar, dan satunya kalem tapi mengancam.  


Bukan berarti James McAvoy dan Jennifer Lawrence serta aktor dan artis lainnya tampil buruk, hanya saja menurut saya mereka semua tidak berada pada performa terbaiknya. Diperparah dengan pengembangan karakter yang berantakan atau bahkan tidak diniatkan sehingga karakter tersebut terkesan mudah dilupakan.


Sebagai sebuah film superhero, tentu tidak bisa lepas dengan adegan action dengan daya ledak tinggi yang memukai. Beruntungnya, X-Men: Dark Phoenix mengerti hal itu. Action di film ini tersusun dengan rapi, koreografi pertarungannya pun menarik dan sukses membuat saya terhibur.


Yang saya sayangkan pada visualisasi ceritanya hanya pada bagaimana film ini gagal mengeksekusi adegan emosionalnya. Adegan yang seharusnya menyedihkan seakan-akan berjalan leggowo atau biasa saja. Ada karakter penting yang mati, yang sudah kita kenal sejak lama tapi entah kenapa kematiannya tidak memberikan kesan sedih sama sekali. Biasa aja. 


Film ini pun ditutup dengan Jean Grey (Sophie Turner) yang memutuskan bergabung sepenuhnya dengan Phoenix dan terbang ke angkasa agar Phoenix tidak memberikan ancaman bagi Bumi lagi. Ending yang sejujurnya biasa saja bagi saya. Kalau memang ingin menjadikan ending ini sebagai ending franchise X-Men, seharusnya Jean Grey sudah di build memang karakternya semenjak X-Men: Apocalypse, sehingga kita bisa memberikan simpati pada dia.    




PEMERAN


Untuk Cast & Crew film ini bisa dilihat di sini:


KESIMPULAN DAN RATING

Overall, film ini cocok buat kamu penggemar berat X-Men yang sudah setia nonton dari tahun 2000 hingga sekarang dan pantas juga ditonton buat kamu yang haus dengan action-action mantap ala superhero Marvel.

Dan untuk rating film ini, saya berikan rating

“The mind is a fragile thing. It takes only the slightest tap to tip it in the wrong direction.”
~Professor X/Charles Xavier~

Salam.
Previous Post
Next Post

0 Comments: