Minggu, 23 Juni 2019

Review Men in Black: International | “We are the Men in Black”

Men in Black: International adalah film fiksi ilmiah Amerika Serikat tahun 2019 yang disutradari oleh F. Gary Gray dan ditulis oleh Art Marcum dan Matt Holloway. Film ini adalah spin-off dari trilogy film Men in Black yang didasarkan pada komik Malibu yang berjudul sama karangan Lowell Cunningham.


PROFIL


Judul Film                   : Men in Black: International
Tanggal Rilis               : 19 Juni 2019 (Indonesia)
Durasi                         : 115 menit
Sutradara                   : F. Gary Gray
Penulis                        : Art Marcum, Matt Holloway
Pemeran                     : Chris Hemsworth, Tessa Thompson, Liam Neeson
Studio Produksi          : Columbia Pictures
Distributor Film          : Sony Pictures Releasing
Genre                          : Action, Adventure, Comedy, Sci-Fi


SINOPSIS


Film ini berkisah tentang Agent M (Tessa Thompson), seorang rekruitmen baru dari Men in Black yang bekerjasama dengan Agent H (Chris Hemsworth) untuk menyelesaikan kasus kematian Vungus, seorang bangsawan alien. Bergulirnya kasus ini justru mengarahkan mereka pada fakta bahwa ada mata-mata di Men in Black.


REVIEW

(Spoiler Warning) Dari sini hingga seterusnya, tulisan ini akan mengandung konten-konten spoiler dari film Men in Black: International, tapi bila kalian fine-fine aja dengan spoiler yah monggo dilanjutin.)

Film dimulai dengan scene flashback pada kejadian 2016, dimana Agent H (Chris Hemsworth) dan Agent High T (Liam Neeson) mengalahkan Hive, alien jahat yang ingin menghancurkan dunia. Kejadian tersebut kemudian menjadikan mereka sebagai legenda di Men in Black.

    Agent H & Agent High T berhasil mengalahkan Hive

Sebagai film spin-off dari trilogy film Men in Black, MIB: International berusaha untuk membangun ceritanya dari awal lagi. Sebuah langkah yang tepat dilakukan oleh F. Gary Gray (The Fate of the Furious) karena dengan begitu, kita tidak perlu terbayang-bayang dengan sosok Agent J (Will Smith) dan Agent K (Tommy Lee Jones) yang ikonis itu.

    Lukisan Agent MIB yang berhasil menyelamatkan dunia

F. Gary Gray seakan berusaha mengatakan pada dunia bahwa,

“Men in Black itu bukan hanya ada mereka berdua saja! Tapi masih banyak agent lain kok yang sama hebatnya seperti mereka!”

Saya sendiri menonton film ini sebagai orang yang sebelumnya tidak pernah menonton trilogy film Men in Black satu kalipun. Dan terasa curang bagi saya bila saya berani me-review film MIB: International tanpa menonton trilogy film pendahulunya.

Maka setelah nonton film MIB: International, saya langsung menonton film Men in Black (1997) yang katanya seri MIB terbaik dari trilogy nya. Dan bila saya boleh jujur, saya lebih menyukai MIB: International daripada Men in Black (1997).  


Bukan hanya unggul dalam segi visualisasinya saja, MIB: International pun unggul dalam segi naskah filmnya. Di MIB: International, semua agent rasanya memiliki peran mereka sendiri di MIB. Ada bos yang bijak, ada agent senior yang hati-hati, dan ada rekuritmen yang mau belajar banyak. Semuanya ada di MIB: International. Sehingga pada babak terakhir film, kesan MIB nya tetap terasa.

Sedangkan, di Men in Black (1997), kita hanya diperlihatkan aksi Agent J dan Agent K. Terus dan terus. Padahal kalau mau diingat, Agent J itu rekruitmen baru, tapi dengan mudahnya bos MIB mengutusnya untuk menyelesaikan urusan yang bila gagal, bumi akan hancur. Memangnya agent senior mana? Kok bukan mereka yang diutus?

Beberapa orang menganggap bahwa plot MIB: International itu cukup berat, tapi sebenarnya tidak separah itu kok. Justru menurut saya plot ceritanya itu mudah dipahami dan diikuti. Setidaknya tidak serumit film-filmnya Christopher Nolan lah yang benar-benar harus membuat kita putar otak bahkan seringnya memaksa kita menonton 2x biar ngerti maksud filmnya.

    Dari kiri ke kanan: Dunkirk (2017), The Dark Knight (2008), Christopher Nolan, Interstellar (2014), Inception (2010)

Meski begitu, MIB: International saya akui masih kurang baik dalam pengembangan ceritanya. Terutama tentang bagaimana bisa Agent M (Tessa Thompson) ingin menjadi Men in Black yang menurut saya tidak masuk akal dan condong mudah goyah.

    Agent M dites kelayakan menjadi MIB

Pada sesi komedi, film ini harus banyak berterima kasih pada karakter Pawny (voice over by Kumail Nanjiani) yang berhasil mengangkat dialog-dialog komedi yang mungkin bila karakter lain yang membawakannya akan gagal dan tidak akan lucu. Selebihnya, MIB: International sukses membawakan kesan khas MIB yang kita kenal dengan setelah baju hitam dan kacamata hitam beserta persenjataan-persenjataan canggih lainnya.

    Sosok Pawny yang menghibur

Agent H yang diperankan Chris Hemsworth adalah fokus utama saya di film ini, karena tidak bisa dipungkiri bahwa dirinya lah yang menjadi daya jual MIB: International. Terlebih mengetahui bahwa Tessa Thompson hadir sebagai rekannya di Men in Black, tentunya tambah membuat saya penasaran dengan bagaimana aksi Thor dan Valkyrie memberantas alien jahat dengan setelan hitam khas MIB.

    Agent H dan Agent M tiba di Paris

Chris Hemsworth tidak perlu diragukan lagi memerankan karakter komedi. Setelah sebelumnnya dibuat terpukau dengan aksi lucunya sebagai Thor di Avengers: Endgame. Di MIB: International saya kembali dibuat terpesona pada kharismanya sebagai Agent H yang flamboyan dan playboy.

    Thor is Back!

Yang saya sayangkan hanya aktor dan aktris papan atas Hollywood seperti Liam Neeson dan Rebecca Ferguson kurang dioptimalkan porsinya. Yah, bisa dikatakan kehadiran mereka hanya sebagai nilai jual film ini saja. Padahal saya berharap Liam Neeson dan Rebecca Ferguson bisa sedikit menunjukkan aksi combatnya seperti yang mereka lakukan di film Taken dan Mission Impossible.

    Liam Neeson sebagai Agent High T

Film ini diakhiri dengan keberhasilan Agent H dan Agent M menangkap mata-mata di Men in Black dan terangkatnya Agent H sebagai bos baru di Men in Black cabang London. Ada twist ending di film ini yang sebenarnya sudah sering diterapkan banyak sutradara di luar sana.

“Sosok yang kita kira baik ternyata jahat, dan sosok yang kita kira jahat ternyata baik.”

Tapi, tetap oke lah untuk menambah kevariasian cerita, sekaligus mengingatkan bahwa film ini juga film mata-mata; “Jangan pernah percaya siapa pun”


PEMERAN


    Untuk Cast & Crew film ini bisa dilihat di sini.


KESIMPULAN DAN RATING

Overall film ini bisa kalian jadikan opsi pilihan bila kalian ingin nonton rame-rame dengan teman atau keluarga kalian karena jalan ceritanya yang ringan dan komedinya yang cukup segar.

Dan untuk rating film ini, saya berikan rating


“Come On. The World’s not going to save itself.”
~Agent H~

Salam.

Previous Post
Next Post

0 Comments: