Sabtu, 06 Juli 2019

Review Captain Marvel | “Film MCU yang biasa aja”

Captain Marvel adalah film superhero Amerika Serikat 2019 yang diangkat dari karakter Marvel Comics yaitu Captain Marvel aka Carol Danvers. Diproduksi oleh Marvel Studios dan didistribusikan oleh Walt Disney Studios Motion Pictures, menjadikan film ini sebagai film ke-21 di Marvel Cinematic Universe (MCU).

PROFIL


Judul Film                    : Captain Marvel
Rilis Perdana               : 27 Februari 2019 (London, Britania Raya)
Durasi Bioskop           : 123 menit
Sutradara                     : Anna Boden & Ryan Fleck
Penulis                         : Anna Boden, Ryan Fleck, Geneva Robertson-Dworet
Pemeran                       : Brie Larson, Samuel L. Jackson, Jude Law
Studio Produksi          : Marvel Studios
Distributor Film          : Walt Disney Studios Motion Pictures
Genre                            : Action, Adventure, Sci-Fi

SINOPSIS


Mengisahkan Carol Danvers (Brie Larson), seorang anggota Star Force dari bangsa Kree yang sering mengalami mimpi tentang hidupnya sebelum tinggal di Planet Hala. Dalam suatu misi, ia terjebak di Bumi dan tanpa sengaja mengetahui bahwa ia dulunya memiliki kehidupan di Bumi.

REVIEW

(Spoiler Warning) Dari sini hingga seterusnya, tulisan ini akan mengandung konten-konten spoiler dari film Captain Marvel, tapi bila kalian fine-fine aja dengan spoiler yah monggo dilanjutin.

Dimulai dengan cuplikan Carol Danvers yang terbangun dari tidurnya gara-gara mimpi buruk yang ia alami tentang bangsa Skrull yang menyerang dirinya. Ia lalu membangunkan kawan sekaligus mentornya, Yan-Rogg (Jude Law) untuk mengajaknya berlatih. Di awal film pun, kita sedikit diperlihatkan tentang Planet Hala yaitu planet utama peradaban bangsa Kree, bangsanya Ronan the Accuser (Villian utama di Guardians of the Galaxy).

    Carol terbangun gara-gara mimpi buruknya

Captain Marvel adalah film ke-21 di MCU sekaligus film MCU pertama yang tokoh utamanya adalah superhero wanita. Film ini adalah cara Marvel Studios memperkenalkan Captain Marvel di dunia MCU dan juga cara agar Captain Marvel bisa “logis” muncul di Avengers: Endgame.

Menjadi film dengan setting kejadian 1990-an, ada banyak karakter penting MCU yang kita kenal ditampilkan lebih muda disini. Nick Fury (Samuel L. Jackson) contohnya. Matanya yang masih berfungsi kedua-duanya dan kepalanya yang tidak lagi gundul menjadi penampakan yang cukup menarik di selingan cerita Captain Marvel.

    Perawakan Nick Fury dan Phil Coulson muda

Tugas berat diemban Anna Boden & Ryan Fleck (Mississippi Grind) untuk mengembangkan cerita Captain Marvel berbeda dengan film solo MCU lainnya. Terbayang-bayang oleh kompetitor dari DCEU yang dengan film solo Wonder Woman-nya (2017) sukses dalam hal script dan visual hingga berujung finansial yang menjulang menandingi pendapatan Batman v Superman: Dawn of Justice (2016).


Dan hasilnya pun tak begitu buruk.

Cerita yang unik dengan kadar komedi yang tidak berlebihan setidaknya menjadikan Captain Marvel mudah diterima oleh kalangan fans Marvel sama seperti superhero-superhero Marvel sebelum ini. Menonton film ini, membawa kita sedikit mundur ke MCU Phase I, karna formula yang digunakannya pun tak bedah jauh dengan film-film yang ada di Phase I. manusia biasa yang mencari jati dirinya dan akhirnya menjadi Superhero pembela kebenaran.

    Carol Danvers mendapatkan kekuatannya

Yang membedakan Captain Marvel dengan film solo superhero lainnya adalah tidak adanya Love Interest/kisah cinta. Biasanya Love Interest digunakan di film superhero untuk menunjukkan sisi lemah dari Superhero itu. Spider-Man = MJ, Captain America = Peggy Carter, Iron Man = Pepper Potts, bahkan seorang Hulk pun di film solonya punya Betty Ross sebagai pujaan hatinya.

    Carol dan Nick Fury berusaha kabur dari Pegasus

Tidak adanya Love Interest menjadikan film ini pure Superhero yang tidak memiliki ego dalam bertindak. Tidak akan mementingkan urusan pribadinya dan mengedepankan keadilan. Tapi kelemahan dari tidak adanya kisah cinta adalah minimnya variasi dalam plot.

Film berjalan begitu lancar seakan tak ada hambatan berarti yang mengganggu Carol Danvers untuk mengetahui jati dirinya yang akhirnya membuat film ini gagal dalam pengembangan cerita. Skrull yang menjadi antagonis meskipun mempunyai waktu tampil yang banyak, tidak begitu mampu meningkatkan tensi filmnya.

    Talos dan anggotanya berhadapan dengan Captain Marvel

Ditambah dengan plot cerita yang ketebak dari awal karena banyaknya film pendahulu yang menggunakan inti cerita serupa dan ada beberapa plot hole yang tidak terjawab hingga akhir film menjadikan film Captain Marvel berjalan biasa saja. Padahal bila studio sedikit lebih berani mengembangkan ceritanya dengan menggunakan ancaman-ancaman kosmik lebih besar lagi, saya yakin film ini akan tampil lebih baik.

    Ronan hendak menyerang Bumi

Visual effect Captain Marvel tidak memberikan sesuatu yang baru tapi tetap memukau. Ledakan hingga pertarungan pun terus tampil menghibur selayaknya film MCU pada umumnya. Yang kurang memuaskan terletak pada koreografi pertarungannya. Mungkin karena Captain Marvel darisananya memang sudah Over Power jadi setiap pertarungan yang dia lakukan selalunya diselesaikan dengan Foton Blast jadi musuhnya pun tidak diberi kesempatan untuk tampil menyeimbangi Captain Marvel.

    Captain Marvel mengalahkan pasukan Skrull seorang diri

Setting 1990-an yang diangkat pun diperkuat dengan latar tempat yang sesuai, mulai dari bangunan hingga fashion masyarakatnya pun cocok dengan budaya Amerika Serikat pada masa itu. Penggambaran Nick Fury muda terbilang sukses dengan CGI yang membuat wajah Samuel L. Jackson jadi lebih remaja dari perawakan aslinya.

    Captain Marvel mencari keberadaan Panco’s Bar di Internet

Film ini ditutup setelah Carol Danvers mengetahui jati dirinya yang sebenarnya dan bersumpah untuk mengakhiri perang antara Skrull dan Kree. Ia pun terbang ke angkasa dan menjadi pelindung galaksi (Bukan Guardians of the Galaxy yah). Nick Fury kembali ke markas S.H.I.E.L.D. dan ia pun memulai project “Avenger Initiative” sebagai pasukan pembela bumi dari ancaman dalam maupun luar Bumi.

PEMERAN


Untuk Cast & Crew film ini bisa dilihat di sini

KESIMPULAN DAN RATING

Overall film ini cocok-cocok aja ditonton untuk melengkapi pengetahuan tentang dunia Marvel Cinematic Universe dan sebagai intermezzo dari film Avengers: Endgame yang jadi panggung utama pastinya.

Dan untuk rating film ini, saya berikan rating


“This isn’t about fighting war, it’s about ending them.”
~Mar-Vell~

Salam.
Previous Post
Next Post

0 Comments: