The Lord of the Ring: The Return of the King adalah
sebuah film adventure-fantasy yang disutradarai dan ditulis oleh Peter Jackson
berdasarkan seri ketiga dari novel karangan J.R.R. Tolkien yang berjudul sama.
Film ini menjadi penutup trilogy The Lord of the Ring dan menjadi presekuel
dari trilogy film The Hobbit.
PROFIL
Judul Film : The Lord of the Rings: The Return
of the King
Rilis Perdana :
1 December 2003 (Wellington, Selandia Baru)
Durasi Bioskop :
201 menit
Sutradara : Peter Jackson
Penulis :
Fran Walsh, Philippa Boyens, Peter Jackson, J.R.R. Tolkien (novel)
Pemeran : Elijah Wood, Viggo Mortensen, Ian
McKellen
Studio Produksi :
New Line Cinema
Distributor Film :
New Line Cinema
Genre : Adventure, Drama, Fantasy
SINOPSIS
Melanjutkan kisah dari The Lord of the Rings: Two
Towers, Frodo, Sam, dan Smeagol kembali berjalan ke Mount Doom untuk
menghancurkan One Ring. Di lain sisi, The Followship dan pasukan sekutu tengah
bersiap untuk menghadapi perang akbar melawan Sauron dan pasukannya di Minas
Tirith, ibukota Gondor.
REVIEW
(Spoiler Warning) Dari sini hingga seterusnya, tulisan
ini akan mengandung konten-konten spoiler dari film The Lord of the Rings: The
Return of the King, tapi bila kalian fine-fine aja dengan spoiler yah monggo
dilanjutin.
The Lord of the Rings: The Return of the King dimulai
dengan kisah masa lalu Smeagol ketika masih muda. Saat itu, dia sedang
memancing bersama dengan kawannya Deagol. Karena tarikan ikannya sangat kuat,
Deagol pun tertarik ke dalam sungai dan menemukan One Ring. Ketika dia
menunjukkannya pada Smeagol, Smeagol membunuhnya dan merebut One Ring dari
tangan Deagol. Obsesi berlebihannya pada One Ring yang menyebabkan dirinya
menjadi seperti sekarang ini.
Menjadi film terakhir dari kisah panjang Frodo dkk,
film ini mengakhirinya dengan sangat megah dan luar biasa. Detail dari semua
hal yang kita inginkan, ada di film ini. Pertarungan, drama, dan petualangannya
benar-benar menghibur. Sebagaimana film fantasy seharusnya berjalan.
Pertaruhan besar dilakukan Peter Jackson pada
karirnya. Bila ia gagal mengeksekusi film ini dengan baik, bukan hanya karirnya
yang hancur akan tetapi hujatan dan hinaan akan menyertainya terus-terusan.
Beruntung baginya, dia sadar atas kesalahan yang dia lakukan pada “Two Towers”
dan tidak mengulanginya kali ini.
Bukti nyatanya bisa diliat dari track record
film ini di Piala Oscar. Dari 11 nominasi yang didapatnya, semuanya
menghasilkan piala Oscar. Bahkan raihan ini mengalahkan kehebatan Titanic
(1997) karya James Cameron yang melepas 3 dari 14 nominasi yang didapatnya ke
film lain. Mulai dari Best Picture, Best Director, Best Adapted Screenplay,
hingga Best Visual Effect semuanya diraih oleh The Lord of the Rings: The
Return of the King.
Mengingat ini menjadi penutup trilogy epik The Lord of
the Rings, ada banyak cerita yang harus diakhiri. Mulai dari kisah perjalanan Frodo,
Perang antara The Followship of the Rings dan pasukan sekutu melawan Sauron dan
pasukan Orc-nya, dan rencana busuk Smeagol, semuanya harus diakhiri di film
ini.
Kelemahan dari film yang mengangkat berbagai macam
alur cerita adalah terkadang dari tiga alur cerita yang diangkat, hanya satu
saja yang ceritanya benar-benar menarik dan bagus kemudian sisanya dianggap
pelengkap yang seharusnya tidak perlu ada. Tapi tidak dengan film ini. Semua
alur cerita yang diangkat benar-benar menghibur dan asyik untuk mencari tahu
kelanjutannya.
Tentang apakah Frodo dan Sam bisa menghancurkan One
Ring, tentang apakah Aragorn mau mengambil tahtanya dan duduk sebagai Raja
Gondor yang sah, dan tentang tipu muslihat Smeagol. Semuanya benar-benar
menghanyutkan kita ke dalam dunia fantasy The Lord of the Rings.
Gagasan menjadikan Frodo dan Aragorn sebagai tokoh
utama di pihak dwarf dan manusia adalah pilihan yang tepat. Keduanya menjadi
penentu kemenangan kebaikan terhadap kejahatan. Frodo dan Sam berhasil
menyelesaikan misinya menghancurkan One Ring di lava Mount Doom, di lain sisi
Aragorn dan pasukannya menjadi penyelamat dengan mengalahkan seluruh pasukan
Orc yang menyerbu Minas Tirith.
Durasi film yang 3 jam lebih tidak disia-siakan Peter
Jackson untuk bisa mengurai cerita miliknya sedetail mungkin. Kisahnya tidak
lagi ditahan-tahan dan dibawakan dengan ciamik melalui gaya penceritaan ala
dongeng pengantar tidur. Tidak lupa sisi romance juga diangkat walau tidak
menjadi poin utama tentunya, tapi tetap menarik untuk diikuti.
Jujur saya kehabisan kata-kata untuk mengurai betapa
takjubnya saya dengan penulisan naskah nya. Simpelnya, kalau kalian menyukai TV
Series “Game of Thrones” maka kalian akan lebih menyukai film ini.
Deretan aktor dan aktris papan atas Hollywood menghiasi
daftar cast film ini. Sebut saja, Ian McKellen (Magneto: X-Men), Orlando Bloom
(Will Turner: Pirates of the Carribean), Viggo Mortensen (Tony Lip: Green Book)
dan Andy Serkis (Caesar: The Planet of Apes) mengambil bagian besar di film
ini.
Dari semua cast yang ada, respect tertinggi saya
tujukan pada Andy Serkis yang sukses memerankan karakter Smeagol dengan
sempurna. Pendalaman karater dan kepiawaiannya dalam berakting menunjukkan
kelasnya sebagai aktor Hollywood papan atas. Dirinya sendiri seakan menjadi
spesialis karakter CGI. Satu dekade setelah film ini, ia kembali memerankan
karakter CGI yakni Caesar, monyet berjiwa manusia di film “Rise of the Planet
of the Apes” (2011).
Selain plot cerita yang luar biasa, visual effect
computer/CGI yang ditontonkan pun begitu memanjakan mata. Dalih menganggap CGI
film ini akan terasa murahan, visual effect yang disuguhkan justru membuat kita
tidak bisa mempercayai bahwa film ini diproduksi di rentang tahun 1997-2002.
Bahkan saya berani mensejajarkan visual effect film ini dengan film-film
blockbuster sekelas The Avengers yang megah dan riuh itu.
Penggambaran dunia fantasy yang indah dan pertarungan
ala kolosal di The Battle of Pelennor Fields seakan mengajak kita untuk ikut
serta hadir ditengah-tengah mereka. Bahkan beberapa kali saya bertepuk tangan
melihat penggambaran monumen-monumen besar ala dongen fantasy yang dibuat
dengan penuh keseriusan. Tidak salah memang film ini meraih Best Visual Effect
di Oscar 2004.
Film ini ditutup dengan Frodo menyelesaikan tulisan
dongeng karyanya dalam tajuk “The Lord of the Rings” dan ikut bersama Gandalf
menyebrani lautan untuk memenuhi panggilan hidup yang baru. Frodo berpisah
dengan sahabat-sahabatnya, terutama Sam yang telah menemaninya berpetualang menghancurkan
One Ring. Filmpun diakhiri dengan Happy Ending.
PEMERAN
Untuk Cast & Crew film ini bisa dilihat di sini
KESIMPULAN DAN RATING
Overall film ini sangat cocok untuk kamu yang memang
menyukai genre film adventure-fantasy dengan penggambaran dunia dongeng yang
memukau. Tapi hati-hati aja yah nontonnya, soalnya durasi filmnya yang panjang
bisa menyebabkan sakit pinggang dan nyeri nahan buang air :v
Dan untuk rating film ini, saya berikan rating
“Death is just another path, one that we all must take.”
~Gandalf~
Salam.
0 Comments: