12 Angry Men adalah film Drama Amerika Serikat rilisan
tahun 1957 yang disutradarai oleh Sidney Lumut dan diadaptasi dari teleplay
yang berjudul sama oleh Reginald Rose. Menceritakan tentang 12 orang juri
sebuah persidangan yang berdebat untuk memutuskan apakah terdakwa sidang itu
bersalah atau tidak.
PROFIL FILM
Judul Film :
12 Angry Men
Rilis Perdana : 10 April 1957 (California, Amerika Serikat)
Durasi Bioskop : 96 menit
Sutradara : Sidney Lumet
Produser : Henry Fonda & Reginald Rose
Penulis : Reginald Rose
Pemeran : Henry Fonda, Lee J. Cobb, Martin Balsam
Studio Produksi : Orion-Nova Productions
Distributor Film : United Artist
Genre : Drama
Rilis Perdana : 10 April 1957 (California, Amerika Serikat)
Durasi Bioskop : 96 menit
Sutradara : Sidney Lumet
Produser : Henry Fonda & Reginald Rose
Penulis : Reginald Rose
Pemeran : Henry Fonda, Lee J. Cobb, Martin Balsam
Studio Produksi : Orion-Nova Productions
Distributor Film : United Artist
Genre : Drama
ALUR CERITA
Mengisahkan sebuah pengadilan di Amerika Serikat yang
mendakwa seorang remaja berusia 18 tahun dalam kasus pembunuhan terhadap
ayahnya. Dalam pengadilan ini, keputusan bersalah atau tidak bersalahnya
terdakwa ditentukan oleh 12 juri ahli yang ikut serta dalam persidangan.
Apabila terdakwa dinyatakan bersalah, maka ia akan dihukum mati dengan duduk di
kursi listrik bertegangan tinggi. Dan apabila terdakwa dinyatakan tidak
bersalah, maka ia akan bebas.
Suasana persidangan
Terdakwa dituntut dengan cukup menyakinkan karena
bukti-bukti yang diberikan jaksa sangat kuat. Mulai dari seorang wanita yang
melihat bayangan seseorang akan menusuk yang dilihatnya dari sisi rel kereta.
Seorang pria tua yang melihat bayangan remaja yang berlari turun tangga dengan
terburu-buru. Dan ditemukannya pisau yang disinyalir milik terdakwa.
Sosok remaja yang dituduh membunuh ayahnya
12 juri itu dikumpulkan di dalam sebuah ruangan yang
selanjutnya dipersilahkan untuk merundingkan keputusan mereka untuk menyatakan
terdakwa bersalah atau tidak. Untuk mengambil keputusan bersama, mereka pun
sepakat untuk melakukan voting. Voting di atur oleh Juri 1 yang bertindak
selayaknya pimpinan dari 12 juri yang lain. Dari 12 juri yang ada, 11
diantaranya menyatakan terdakwa bersalah dan hanya 1 orang yang menyatakan terdakwa
tidak bersalah, yakni Juri 8. Menurut Juri 8, mereka tidak sepatutnya
menentukan keputusan dengan begitu cepat dan langsung membunuh terdakwa begitu
saja hanya dalam waktu 5 menit diskusi. Mereka harus mengamati semua sisi dan
kembali memastikan apakah terdakwa benar-benar membunuh ayahnya atau tidak.
Juri 8 dengan berani menyatakan bahwa terdakwa tidak bersalah
Juri 8 membela terdakwa karena selama 18 tahun
hidupnya ia selalu diperlakukan tidak layak oleh ayahnya dan tinggal di
lingkungan kumuh semenjak ibunya meninggal ketika terdakwa berusia 9 tahun.
Juri 2 memberi argumen bahwa sejak awal tidak ada yang bisa membuktikan bahwa
terdakwa tidak bersalah, bahkan pengacaranya sekalipun. Juri 8 menyangkal bahwa
pengacara terdakwa berasal dari pemerintah yang artinya pengacara terdakwa
terpaksa membela klien nya yang mungkin saja tidak ingin ia bela sama sekali.
Juri 8 memberitahu bahwa terdakwa menghabiskan 18 tahun umurnya dengan
kesedihan
Juri 3 mengutarakan fakta dari kesaksian pria tua yang
tinggal di bawah apartemen tempat terdakwa tinggal dan membunuh ayahnya. Pria
tua itu awalnya mendengar suara gaduh dan perkelahian hingga akhirnya pria tua
itu mendengar teriakan “Akan kubunuh kau!” yang diduga kuat adalah suara
terdakwa. Selang beberapa detik kemudian, suara tubuh jatuh terdengar. Pria tua
itu lantas bergegas dengan berlari keluar apartemennya untuk memastikan apa
yang terjadi, dan saat ia keluar apartemennya ia melihat remaja itu dengan
terburu-buru berlari melalui tangga.
Juri 3 menjelaskan kesaksian seorang pria tua yang tinggal di bawah
apartemen terdakwa
Juri 4 menambahkan bahwa pembelaan dari terdakwa yang
mengatakan ia sedang berada di bioskop saat pembunuhan terjadi sangat tidak
masuk akal, karena ketika terdakwa ditanyai film apa yang ia tonton dan siapa
pemeran film itu, terdakwa sama sekali tidak tahu dan tidak bisa menjawab. Juri
10 juga menambahkan kesaksian wanita diseberang rel kereta yang melihat secara
langsung pembunuhan itu dari jendela kamarnya.
Juri 4 menjelaskan bahwa terdakwa tidak mengingat film yang ia tonton
Juri 8 membantah bahwa bagaimana bisa Juri 10 bisa
mempercayai perkataan si wanita ketika disaat bersamaan dia tidak mempercayai
perkataan terdakwa, siapa tau yang berbohong adalah si wanita bukanlah
terdakwa. Juri 6 memberi argumennya bahwa disetiap pembunuhan pasti memiliki
yang namanya motif, disini ia mendapatkan fakta bahwa sebelum pembunuhan
terjadi yaitu tepatnya jam 7 malam, (pembunuhan terjadi jam 12 malam), saksi
mendengar suara tamparan dari apartemen terdakwa, kemudian tak berselang lama
terdakwa keluar dari gedung apartemen dengan wajah penuh amarah. Juri 6 menduga
itulah alasan kenapa terdakwa membunuh ayahnya.
Juri 6 menjelaskan bahwa setiap kejahatan pasti memiliki motif
Juri 7 memperjelas motif itu dengan membeberkan
catatan kejahatan terdakwa. Umur 10 tahun, terdakwa menjalani pengadilan anak
karena melempar batu ke gurunya. Umur 15 tahun, masuk ke sekolah anak-anak
nakal karena mencuri mobil. Pernah ditahan karena merampok dan cukup jago
berkelahi menggunakan pisau. Juri 4 kembali merangkum semua pernyataan dari
terdakwa, mulai dari terdakwa pergi setelah ditampar, membeli pisau lipat
khusus, pergi minum bersama teman-temannya, pulang ke apartemen, pergi bioskop,
pulang dari bioskop dan mendapati ayahnya telah tewas.
Juri 7 menjelaskan catatan kriminal terdakwa selama hidupnya
Juri 4 memberi pernyataan bahwa pisau yang dibeli
terdakwa adalah pisau khusus yang “mungkin” hanya dimiliki oleh terdakwa saja,
dan pisau itu ditemukan tertusuk di dada ayahnya yang menjelaskan bahwa
pembunuh ayahnya adalah si terdakwa. Juri 8 kemudian berdiri dan memperlihatkan
pisau yang ia miliki yang ternyata sama persis dengan pisau milik terdakwa.
Juri 8 membeli pisau itu hanya 2 blok dari apartemen terdakwa yang berarti,
tidak sulit untuk menemukan pisau lipat itu. Dan bisa saja pembunuh yang bukan
terdakwa pastinya membunuh ayah terdakwa dengan menggunakan pisau yang
kebetulan sama dengan pisau yang dimiliki terdakwa.
Juri 8 menunjukkan pisau yang sama dengan yang dimiliki terdakwa
Juri 8 membantah kesaksian si pria tua dengan
mengatakan bahwa butuh waktu 10 detik bagi kereta dengan 6 gerbong untuk
melewati satu titik, dan disaat si wanita melihat terdakwa membunuh ayahnya, si
wanita juga mengatakan bahwa ada kereta yang lewat. Juri 8 membantah bahwa
tidak mungkin seorang pria tua bisa mendengar suara teriakan “Akan kubunuh kau!”
dengan pasti padahal disaat bersamaan ada kereta yang lewat dengan suara yang
amat keras.
Juri 8 mengatakan bahwa si pria tua tidak mungkin mendengar teriakan
terdakwa
Juri 9 kini berpihak dengan juri 8 dan mengatakan
bahwa terdakwa tidak bersalah. Juri 9 menjelaskan bahwa ia telah memperhatikan
penampilan dari si pria tua saat menghadiri pengadilan. Si pria tua mengenakan
pakaian lusuh dan penuh dengan jahitan dimana-mana. Juri 9 tau bahwa orang yang
berpenampilan seperti itu artinya ia tidak pernah diperhatikan seumur hidupnya.
Juri 9 menduga bahwa si pria tua telah berbohong demi mendapatkan perhatian
dari banyak orang. Mendengar penjelasan juri 9, juri 5 ikut menyatakan bahwa
terdakwa tidak bersalah.
Juri 9 memberitahu bahwa si pria tua adalah pria yang butuh perhatian
Juri 11 berdiri dan mempertanyakan alasan terdakwa
kembali lagi setelah membunuh ayahnya. Juri 4 bilang mungkin saja ia ingin mengambil
pisau yang ia tinggalkan saat membunuh ayahnya. Juri 11 tambah kebingungan,
kalau memang ia datang untuk mengambil pisaunya kenapa tidak ia lakukan disaat
ia telah membunuh ayahnya. Juri 4 bilang bisa saja ia sedang panik dan bergegas
pergi dari apartemen itu. Tapi bagaimana bisa ia bisa sepanik itu padahal di
waktu bersamaan ia bisa membersihkan sidik jari yang ada di pisau. Karena tidak
ada yang bisa menjawab pasti pertanyaannya, Juri 11 pun memilih bahwa terdakwa
tidak bersalah.
Juri 11 menyatakan bahwa terdakwa tidak bersalah
Juri 8 mengingat bahwa si pria tua bilang dia berlari
ke pintu depan apartemennya dan mendapati terdakwa berlari hanya dalam 15
detik. Padahal si pria tua mengidap penyakit stroke. Juri 8 pun mencoba
mempraktekkan apa yang terjadi pada si pria tua, dan sesuai dengan dugaannya,
si pria tua membutuhkan setidaknya 41 detik untuk bisa ke pintu depan
apartemennya bila ia awalnya berada di tempat tidur.
Juri 8 mempraktekkan dirinya berjalan seperti si pria tua
Juri 3 menganggap Juri 8 berusaha untuk membuat juri
lainnya menjadi bodoh dengan mempercayai perkataan Juri 8. Juri 8 melihat bahwa
Juri 3 hanya ingin melihat terdakwa mati bukan karena fakta terdakwa membunuh
ayahnya tapi karena Juri 3 memiliki sifat pribadi yang sadis. Juri 3 tidak
terima dengan perkataan Juri 8, dia pun hampir memukul Juri 8 hingga akhirnya
dicegah oleh juri yang lainnya.
Juri 3 hendak memukul juri 8
Hasil dari penjelasan Juri 8 ini membuat Juri 2 dan
Juri 6 memilih bahwa terdakwa tidak bersalah. Sekarang skor menjadi 6 melawan
6. Juri 8 kembali melanjutkan argumennya tentang pernyataan terdakwa yang
berada di bioskop saat pembunuhan terjadi. Terdakwa dicurigai membunuh ayahnya
karena terdakwa tidak bisa menyebutkan film yang ia tonton di bioskop. Juri 8
menjelaskan bahwa seseorang yang sedang berada dalam tekanan terkadang
menjadikan bioskop hanya sebagai pelarian saja tanpa ada niatan untuk menonton
sama sekali.
Juri 8 menjelaskan alasan kenapa terdakwa tidak bisa mengingat film yang
ia tonton
Juri 4 tidak setuju dengan pendapat Juri 8. Juri 8
menguji ingatan Juri 4 dengan menyebutkan film yang apa yang Juri 4 tonton
bersama istrinya 4 hari yang lalu dan Juri 4 tidak bisa menjawabnya padahal
saat pergi nonton bersama istrinya, Juri 4 tidak sedang dalam tekanan, tidak
seperti yang dialami terdakwa.
Juri 2 tidak bisa mengingat film apa yang ia tonton bersama istrinya
Juri 2 merasa ada yang aneh pada pisau yang digunakan
terdakwa menikam ayahnya. Bagaimana bisa seseorang yang lebih pendek menikam
seseorang yang lebih tinggi. Juri 3 pun menjelaskan caranya yaitu dengan cara
menancapkannya sama seperti seorang pendaki gunung menancapkan paku ke gunung
yang ia daki. Juri 5 membantah cara itu, Juri 5 pernah melihat perkelahian
pisau sebelumnya dan ia tahu betul, orang yang hebat dalam menggunakan pisau
tidak akan menancapkan pisau untuk membunuh tapi menusukkannya. Itu menambah
poin bahwa terdakwa tidak bersalah.
Juri 3 mempraktekkan bagaimana cara terdakwa membunuh ayahnya
Fakta baru ini membuat Juri 7, 9, dan 1 memilih untuk
menyatakan bahwa terdakwa tidak bersalah. Tinggal Juri 3, 4, dan 10 yang masih
ngotot dengan pendapat mereka yang menyatakan bahwa terdakwa bersalah. Juri 10
berusaha menyakinkan juri-juri lainnya dengan cara berteriak. Tapi entah karena
sudah merasa bosan atau lelah dengan teriakan Juri 10, juri lainnya lebih
memilih membuang muka dan mengacuhkan Juri 10. Jadilah Juri 10 merasa tidak
dianggap lalu menghentikan teriakannya. Kini Juri 10 memilih “tidak bersalah”.
Juri 10 mengutarakan pendapatnya tapi tidak ada yang mau mendengarkan
Juri 4 mengelak dengan mengatakan si wanita melihat
secara langsung terdakwa membunuh ayahnya dari jendela apartemennya. Juri 9
membantah bahwa si wanita adalah seorang yang menggunakan kacamata, dan alasan
ia terbangun jam 12 malam karena ia merasa kepanasan dan tidak bisa tidur.
Logisnya, orang yang hendak tidur pasti melepaskan kacamatanya sehingga ketika bila
ia terbangun tiba-tiba karena kepanasan sudah pasti dia tidak mengenakan
kacamata. Bagaimana bisa seorang wanita berkacamata bisa begitu yakin bahwa
terdakwa membunuh ayahnya padahal dia tidak bisa melihat hal itu dengan jelas tanpa
kacamatanya. Setelah diyakinkan dengan hal itu, Juri 4 pun kini memilih “tidak
bersalah”. Jadilah posisi sekarang 11 melawan 1.
Juri 9 menjelaskan bahwa si wanita adalah seorang yang berkacamata
Juri 3 tetap kukuh dengan argumennya dan tetap
menyatakan terdakwa bersalah. Juri 8 bingung dan bertanya kenapa Juri 3 masih
berpikir bahwa terdakwa bersalah. Menurut Juri 3, semua bukti yang dibeberkan
di persidangan sudah sangat jelas, dan semuanya terang-terangan mengatakan
bahwa terdakwa bersalah. Juri 3 yang merasa dipojokkan pun membanting dompetnya
yang ada foto anaknya disana.
Juri 3 berusaha menyakinkan kembali juri-juri lainnya bahwa terdakwa bersalah
Seketika Juri 3 mengingat anaknya yang telah kabur
dari rumah setelah berkelahi dengan dirinya. Juri 3 tersadarkan, bahwa anaknya
itu tidak jauh beda dengan terdakwa, dan apabila anaknya sama seperti terdakwa
dan memiliki masalah yang sama dengan ayahnya, pasti anak Juri 3 telah membunuh
Juri 3, sama seperti yang dilakukan terdakwa. Tapi faktanya, hingga 2 tahun
setelah perkelahian itu, anak Juri 3 tidak muncul dan bahkan tidak membunuh
Juri 3. Hal itu membuka pemikiran Juri 3 dan akhirnya berpindah pihak dan
menyatakan terdakwa tidak bersalah.
Akhirnya Juri 3 menyatakan bahwa terdakwa tidak bersalah
Jadilah keputusan telah diambil bahwa terdakwa tidak
bersalah. Pengadilan pun membebaskan terdakwa dari hukuman mati.
PEMERAN
Untuk Cast & Crew film ini bisa dilihat di sini
KESIMPULAN DAN RATING
Kelebihan: *Cerita yang
membuat kita fokus untuk mengulak bukti-bukti yang sudah dijelaskan
* Akting aktor nya yang cukup mengesankan terutama
* Film
yang menjadi rujukan bahwa tidak selamanya film harus diiringi soundtrack
Kekurangan: * Film masih
menggunakan format gambar hitam putih
* Hanya bersetting tempat dalam satu ruangan saja
* Harus lebih
cermat untuk bisa mengerti maksud film ini sebenarnya
Dan untuk rating film ini, saya berikan rating
“He just isn’t sure. It’s not easy to stand alone
against the ridicule of others.”
~Juri 9~
Salam.
0 Comments: