Senin, 12 Juli 2021

Dengerin Gua: Mengapa Batman v Superman Bukan Film yang Buruk

Adegan paling terkenal atau mungkin paling memorable di Batman v Superman Dawn of Justice muncul tepat setelah Batman memukul kepala Superman dengan wastafel. Dilemahkan oleh granat gas Kryptonite, Man of Steel yang tak berdaya menyeru pada Batman untuk menyelamatkan ibunya yang diculik Lex Luthor, “Save Martha”. Batman lantas sepontan teriak juga “Why Did You Say That Name?”, raung Caped Crusader kita, karena yahh nama ibunya Batman juga Martha.

Gua ingat, saat gua pertama kali nonton filmnya, gua sama terkejutnya kayak Batman. Gua sudah lama jadi penggiat superhero, tetapi gua tidak pernah memperhatikan kalau ibu dari dua karakter paling ikonik dari DC Comics itu memiliki nama yang sama. Namun Zack Snyder, sutradara Batman v Superman, atau salah satu penulisnya, yakni Chris Terrio dan Davis S Goyer, tidak hanya kebetulan tahu akan hal itu, mereka juga membayangkan dampaknya terhadap karakter yang bersangkutan, mengingat bahwa ibunya Batman dibunuh saat dia masih kecil, dan ibunya Superman adalah orang yang telah merawat Superman dengan penuh ketulusan cinta disaat orang tua aslinya membuang Superman demi keselamatannya. Batman v Superman menunjukkan bahwa mereka terikat oleh trauma kematian mengerikan orang tua mereka. Jenius! Ini adalah film yang gua kira bakalan dipuja oleh para penonton lain di saat mereka sadar arti dari scene ini.

Sebagian besar kritikus menilai Batman v Superman sebagai kekacauan yang menyedihkan dengan score musik yang membuat pusing oleh Hans Zimmer dan Junkie XL, color palette yang begitu suram sehingga tampak seolah-olah Superman sudah ngeganti jumpsuit biru merahnya dengan celana jins hitam. Bahkan penonton dengan toleransi tinggi pun tidak terkesan dengan film ini. Semuanya terlalu cepat, film Snyder ini kemudian menjadi simbol kegagalan Warner Brother dalam menangani para pahlawan DC yang menurut kebanyakan orang sudah dilakukan dengan sukses oleh rival mereka yakni Disney dengan Marvel di tangan mereka.

Baiklah gua harus mengakui kalau scene saat Batman neriakin kata Martha mungkin bisa hadir dengan dialog yang lebih elegan. Tapi gua tetap berpendapat kalau ide Martha ini adalah ide yang cerdas, dan karena memang ide ini terkait dengan tema utama yang ngebuat gua suka banget dengan Batman v Superman dikala orang lain membencinya.

Snyder berani membawa dua Superhero paling terkenal di dunia yang secara komersil tentu nilai jual keduanya adalah yang terbesar di dunia DC, pada sisi humanis mereka dimana terlahir dengan kondisi keluarga yang tidak baik-baik saja. sebaliknya Marvel Cinematic Universe dipenuhi dengan penokohan karakter yang dibangun dengan baik dan terkesan ramah penonton. Itu yang kemudian membedakan bagaimana kehidupan Marvel dan DC bekerja. Bahkan Batmannya Christian Bale adalah orang yang clubbable.

Lalu Snyder memikirkan dengan amat serius pertanyaan tentang seperti apa para pemberantas kejahatan berkostum favorit kita itu jika mereka benar-benar ada di sekitar kita, dan dia menyimpulkan, bukannya tidak masuk akal, bahwa makhluk luar angkasa yang hampir maha kuasa dan seorang miliader yatim piatu mungkin memiliki gangguan psikologis yang mengakar. Banyak terinsipirasi pada komik The Dark Knight Returns, Snyder memutuskan bahwa Batman dan Superman akan merasa tidak aman, marah, diliputi rasa bersalah, dihantui mimpi buruk dan dihina oleh penduduk yang takut dengan mereka. Entah bagaimana, Snyder berhasil membuat apa yang ia pikirkan itu.

Ya, dunia di Batman v Superman memang dunia yang penuh kesibukan, distopia, dan tampaknya setiap orang di Gotham atau Metropolis membeli lampu dengan watt rendah. Tapi begitulah cara terbaik menggambarkan bagaimana dua kekuatan terkuat DC itu dalam melihat dunia. Batman nya Ben Affleck adalah seorang penyendiri yang sadis, berkat latihannya yang penuh kegigihan dan dedikasi ia mampu menghabisi segerombolan gengster Rusia seorang diri. Sebagai penggemar Batman, scene itu adalah yang paling keren yang pernah gua liat dalam film superhero.

Sementara Superman nya Henry Cavill digambarkan sebagai sosok Superman yang kurang dapat memikat perhatian masyarakat tidak seperti Superman nya Christopher Reeve. Snyder lebih suka menggambarkannya sebagai misil hidup, sonik yang menggelegar di langit, atau sebagai utusan ilahi, melayang turun dari tempat tertinggi untuk hidup membantu para manusia fana.

Sejak Batman v Superman dirilis, serial televisi (The Boys) dan film Brightburn adalah dua judul yang keduanya bermaind dengan premis bagaimana bila Superman lebih suka menghancurkan daripada menyelamatkan? Tentu menjadi suatu entitas yang sangat mengancam. Dan kurang lebih itu arah yang hendak dibawa Snyder dengan Superman versinya.

Pada opening scene di filmnya, diperlihatkan pertarungan maha dasyat antara Superman melawan Jenderal Zod pada film Man of Steel rilisan 2013, tapi kini sudut pandangnya diubah ke Bruce Wayne aka Batman yang melihat pertempuran mereka dari jalanan kota Metropolis. Kita lihat akibat pertarungan mereka, gedung pencakar langit hancur, awan debu bertebaran dimana-mana, warga sipil yang tak berdosa terbunuh atau paling tidak cacat. Singkatnya, kita melihat pemusnahan masal yang cenderung dihilangkan pada film-film Marvel.

Gua mengerti mengapa malapetaka dan kesuraman ini mungkin tidak menyenangkan untuk ditonton, tetapi memang seharusnya begitu. Batman v Superman bukan film superhero, tapi film anti-superhero yakni film tentang dua orang yang hanya bisa dicintai oleh seorang ibu.

Previous Post
Next Post

0 Comments: