Adegan paling terkenal atau mungkin
paling memorable di Batman v Superman Dawn of Justice muncul tepat setelah
Batman memukul kepala Superman dengan wastafel. Dilemahkan oleh granat gas
Kryptonite, Man of Steel yang tak berdaya menyeru pada Batman untuk
menyelamatkan ibunya yang diculik Lex Luthor, “Save Martha”. Batman lantas
sepontan teriak juga “Why Did You Say That Name?”, raung Caped Crusader kita,
karena yahh nama ibunya Batman juga Martha.
Gua ingat, saat gua pertama kali
nonton filmnya, gua sama terkejutnya kayak Batman. Gua sudah lama jadi penggiat
superhero, tetapi gua tidak pernah memperhatikan kalau ibu dari dua karakter
paling ikonik dari DC Comics itu memiliki nama yang sama. Namun Zack Snyder,
sutradara Batman v Superman, atau salah satu penulisnya, yakni Chris Terrio dan
Davis S Goyer, tidak hanya kebetulan tahu akan hal itu, mereka juga
membayangkan dampaknya terhadap karakter yang bersangkutan, mengingat bahwa
ibunya Batman dibunuh saat dia masih kecil, dan ibunya Superman adalah orang
yang telah merawat Superman dengan penuh ketulusan cinta disaat orang tua
aslinya membuang Superman demi keselamatannya. Batman v Superman menunjukkan
bahwa mereka terikat oleh trauma kematian mengerikan orang tua mereka. Jenius!
Ini adalah film yang gua kira bakalan dipuja oleh para penonton lain di saat
mereka sadar arti dari scene ini.
Sebagian besar kritikus menilai
Batman v Superman sebagai kekacauan yang menyedihkan dengan score musik yang
membuat pusing oleh Hans Zimmer dan Junkie XL, color palette yang begitu suram
sehingga tampak seolah-olah Superman sudah ngeganti jumpsuit biru merahnya
dengan celana jins hitam. Bahkan penonton dengan toleransi tinggi pun tidak
terkesan dengan film ini. Semuanya terlalu cepat, film Snyder ini kemudian
menjadi simbol kegagalan Warner Brother dalam menangani para pahlawan DC yang
menurut kebanyakan orang sudah dilakukan dengan sukses oleh rival mereka yakni
Disney dengan Marvel di tangan mereka.
Baiklah gua harus mengakui kalau
scene saat Batman neriakin kata Martha mungkin bisa hadir dengan dialog yang
lebih elegan. Tapi gua tetap berpendapat kalau ide Martha ini adalah ide yang
cerdas, dan karena memang ide ini terkait dengan tema utama yang ngebuat gua
suka banget dengan Batman v Superman dikala orang lain membencinya.
Snyder berani membawa dua Superhero
paling terkenal di dunia yang secara komersil tentu nilai jual keduanya adalah
yang terbesar di dunia DC, pada sisi humanis mereka dimana terlahir dengan
kondisi keluarga yang tidak baik-baik saja. sebaliknya Marvel Cinematic
Universe dipenuhi dengan penokohan karakter yang dibangun dengan baik dan
terkesan ramah penonton. Itu yang kemudian membedakan bagaimana kehidupan
Marvel dan DC bekerja. Bahkan Batmannya Christian Bale adalah orang yang
clubbable.
Lalu Snyder memikirkan dengan amat
serius pertanyaan tentang seperti apa para pemberantas kejahatan berkostum
favorit kita itu jika mereka benar-benar ada di sekitar kita, dan dia
menyimpulkan, bukannya tidak masuk akal, bahwa makhluk luar angkasa yang hampir
maha kuasa dan seorang miliader yatim piatu mungkin memiliki gangguan
psikologis yang mengakar. Banyak terinsipirasi pada komik The Dark Knight
Returns, Snyder memutuskan bahwa Batman dan Superman akan merasa tidak aman,
marah, diliputi rasa bersalah, dihantui mimpi buruk dan dihina oleh penduduk
yang takut dengan mereka. Entah bagaimana, Snyder berhasil membuat apa yang ia
pikirkan itu.
Ya, dunia di Batman v Superman
memang dunia yang penuh kesibukan, distopia, dan tampaknya setiap orang di
Gotham atau Metropolis membeli lampu dengan watt rendah. Tapi begitulah cara
terbaik menggambarkan bagaimana dua kekuatan terkuat DC itu dalam melihat
dunia. Batman nya Ben Affleck adalah seorang penyendiri yang sadis, berkat
latihannya yang penuh kegigihan dan dedikasi ia mampu menghabisi segerombolan
gengster Rusia seorang diri. Sebagai penggemar Batman, scene itu adalah yang paling
keren yang pernah gua liat dalam film superhero.
Sementara Superman nya Henry Cavill
digambarkan sebagai sosok Superman yang kurang dapat memikat perhatian
masyarakat tidak seperti Superman nya Christopher Reeve. Snyder lebih suka
menggambarkannya sebagai misil hidup, sonik yang menggelegar di langit, atau
sebagai utusan ilahi, melayang turun dari tempat tertinggi untuk hidup membantu
para manusia fana.
Sejak Batman v Superman dirilis,
serial televisi (The Boys) dan film Brightburn adalah dua judul yang keduanya
bermaind dengan premis bagaimana bila Superman lebih suka menghancurkan
daripada menyelamatkan? Tentu menjadi suatu entitas yang sangat mengancam. Dan
kurang lebih itu arah yang hendak dibawa Snyder dengan Superman versinya.
Pada opening scene di filmnya,
diperlihatkan pertarungan maha dasyat antara Superman melawan Jenderal Zod pada
film Man of Steel rilisan 2013, tapi kini sudut pandangnya diubah ke Bruce
Wayne aka Batman yang melihat pertempuran mereka dari jalanan kota Metropolis.
Kita lihat akibat pertarungan mereka, gedung pencakar langit hancur, awan debu
bertebaran dimana-mana, warga sipil yang tak berdosa terbunuh atau paling tidak
cacat. Singkatnya, kita melihat pemusnahan masal yang cenderung dihilangkan
pada film-film Marvel.
Gua mengerti mengapa malapetaka dan
kesuraman ini mungkin tidak menyenangkan untuk ditonton, tetapi memang
seharusnya begitu. Batman v Superman bukan film superhero, tapi film
anti-superhero yakni film tentang dua orang yang hanya bisa dicintai oleh
seorang ibu.
0 Comments: