Di awal berita kemunculannya,
Godzilla vs Kong dihadirkan sebagai salah satu adaptasi non orisinil dari
Hollywood terhadap kisah tempur para raksasa. Tapi tahun ini tidak sama seperti
2 tahun yang lalu. Tahun ini semua kesempatan orang-orang untuk menonton film
di bioskop telah dicuri oleh pandemi global, yang membuat banyak film
blockbuster harus menunda perilisan filmnya atau beralih di putar di layanan
streaming. Karena itulah, hadirnya Godzilla vs Kong disambung dengan penuh
kegembiraan oleh mereka yang merindukan hangatnya kursi bioskop. Dan angka yang
menunjukkannya. Film keempat dari Legendary’s MonsterVerse telah meraup lebih
dari 285 juta dolar Amerika Serikat di Box Office seluruh dunia selama beberapa
hari perilisannya, debut tertinggi dari film Amerika manapun yang rilis di masa
pandemi. Ada kemungkinan Godzilla vs Kong bisa mengungguli Godzilla: King of
the Monsters yang hanya meraup 383 juta dollar di seluruh dunia di tahun 2019,
tahun dimana dunia perfilman berjaya-jayanya.
Kejayaan yang ditampilkan pada
Godzilla vs Kong sedikit berbanding terbalik dengan film Tenet arahan
Christopher Nolan, film dengan angka antisipasi tertinggi selama pandemi.
Setelah beberapa kali mengalami penundaan, Tenet menghebohkan jagat cinema
dengan menyatakan dirinya sebagai “penyelamat bioskop” dengan hadir pula di
bioskop. Untuk alasan apapun, setiap orang pasti ingin kembali ke bioskop untuk
mendapatkan full experience dari film baru Christoper Nolan yang selalu memukau
penonton dengan kemajuan dalam visual, suara, dan sinematografi. Seakan-akan
semua yang disentuh oleh Nolan berubah menjadi emas.
Namun hal itu tidak sesuai
ekspetasi, ketika Tenet dirilis pada Agustus tahun lalu, film itu gagal
menyelamatkan bioskop. Alasan utamanya mungkin karena orang-orang masih
meragukan apakah kembali ke bioskop layak dengan peluang terpapar virus. Atau
mungkin karena durasi 2 jam lebih pada film Tenet ditambah alur cerita
membingungkan yang kemudian menjadi pertimbangan orang untuk enggan datang ke
bioskop hanya untuk Tenet. Bahkan Total global dari Tenet sendiri tidak dapat
mencapai pendapatan film Nolan sebelumnya yakni Dunkrik.
Godzilla vs Kong tidak bermain
sebagai pahlawan yang pantas kita dapatkan, tetapi pahlawan yang memang kita
butuhkan. Dengan telah mengumpulkan 200 juta dolar di seluruh dunia, film ini
menempatkan dirinya pada beberapa negara yang virusnya telah banyak terkendali
seperti Cina dan Selandia Baru. Hype seputar Godzilla vs Kong juga berbeda, di
saat Nolan mendesak untuk merilis filmnya di biosop berapapun biaya yang
dibutuhkan, Godzilla vs Kong justru hadir dengan pilihan yang lebih fleksibel.
Sejak bulan Januari trailer filmnya dilepas ke publik, dengan cepat publik
diajak untuk bersama menyaksikan pertarungan kera raksasa melawan kadal kolosal
seakan-akan itu adalah perintah dari seorang dokter untuk Anda agar bebas dari
penyakit Anda. Lalu apakah film ini se revolusioner Tenet yang mendorong
batasan artistik dan teknis? Tidak. Apakah hal itu penting? Tidak juga.
Tidak seperti Tenet, keyakinan
bahwa seekor kera raksasa dan dinosaurus purba yang bertarung berkali-kali
dapat disaksikan di bioskop seakan menjadikan film ini sebagai surga pelarian
yang sesuai. Sebuah film yang mungkin telah dilupakan selama tahun lalu itu
dengan mudah menggeser peran Tenet sebagai penyelamat bioskop.
Godzilla vs Kong berbicara banyak
tentang apa yang diperlukan untuk menjaga agar dunia perfilman terus bertahan.
Sesuatu yang membuat kalian melupakan dunia luar, alih-alih ingin kembali ke
sana. Jika dibutuhkan pembantaian kaiju tak kenal ampun untuk menyalakan
kembali obor cinta terhadap bioskop, maka kita sekarang dalam posisi yang
baik-baik saja.
0 Comments: