Selasa, 13 Juli 2021

Kenapa Godzilla Vs Kong Yang Menyelamatkan Bioskop, Bukan Tenet.

Di awal berita kemunculannya, Godzilla vs Kong dihadirkan sebagai salah satu adaptasi non orisinil dari Hollywood terhadap kisah tempur para raksasa. Tapi tahun ini tidak sama seperti 2 tahun yang lalu. Tahun ini semua kesempatan orang-orang untuk menonton film di bioskop telah dicuri oleh pandemi global, yang membuat banyak film blockbuster harus menunda perilisan filmnya atau beralih di putar di layanan streaming. Karena itulah, hadirnya Godzilla vs Kong disambung dengan penuh kegembiraan oleh mereka yang merindukan hangatnya kursi bioskop. Dan angka yang menunjukkannya. Film keempat dari Legendary’s MonsterVerse telah meraup lebih dari 285 juta dolar Amerika Serikat di Box Office seluruh dunia selama beberapa hari perilisannya, debut tertinggi dari film Amerika manapun yang rilis di masa pandemi. Ada kemungkinan Godzilla vs Kong bisa mengungguli Godzilla: King of the Monsters yang hanya meraup 383 juta dollar di seluruh dunia di tahun 2019, tahun dimana dunia perfilman berjaya-jayanya.

Kejayaan yang ditampilkan pada Godzilla vs Kong sedikit berbanding terbalik dengan film Tenet arahan Christopher Nolan, film dengan angka antisipasi tertinggi selama pandemi. Setelah beberapa kali mengalami penundaan, Tenet menghebohkan jagat cinema dengan menyatakan dirinya sebagai “penyelamat bioskop” dengan hadir pula di bioskop. Untuk alasan apapun, setiap orang pasti ingin kembali ke bioskop untuk mendapatkan full experience dari film baru Christoper Nolan yang selalu memukau penonton dengan kemajuan dalam visual, suara, dan sinematografi. Seakan-akan semua yang disentuh oleh Nolan berubah menjadi emas.

Namun hal itu tidak sesuai ekspetasi, ketika Tenet dirilis pada Agustus tahun lalu, film itu gagal menyelamatkan bioskop. Alasan utamanya mungkin karena orang-orang masih meragukan apakah kembali ke bioskop layak dengan peluang terpapar virus. Atau mungkin karena durasi 2 jam lebih pada film Tenet ditambah alur cerita membingungkan yang kemudian menjadi pertimbangan orang untuk enggan datang ke bioskop hanya untuk Tenet. Bahkan Total global dari Tenet sendiri tidak dapat mencapai pendapatan film Nolan sebelumnya yakni Dunkrik.

Godzilla vs Kong tidak bermain sebagai pahlawan yang pantas kita dapatkan, tetapi pahlawan yang memang kita butuhkan. Dengan telah mengumpulkan 200 juta dolar di seluruh dunia, film ini menempatkan dirinya pada beberapa negara yang virusnya telah banyak terkendali seperti Cina dan Selandia Baru. Hype seputar Godzilla vs Kong juga berbeda, di saat Nolan mendesak untuk merilis filmnya di biosop berapapun biaya yang dibutuhkan, Godzilla vs Kong justru hadir dengan pilihan yang lebih fleksibel. Sejak bulan Januari trailer filmnya dilepas ke publik, dengan cepat publik diajak untuk bersama menyaksikan pertarungan kera raksasa melawan kadal kolosal seakan-akan itu adalah perintah dari seorang dokter untuk Anda agar bebas dari penyakit Anda. Lalu apakah film ini se revolusioner Tenet yang mendorong batasan artistik dan teknis? Tidak. Apakah hal itu penting? Tidak juga.

Tidak seperti Tenet, keyakinan bahwa seekor kera raksasa dan dinosaurus purba yang bertarung berkali-kali dapat disaksikan di bioskop seakan menjadikan film ini sebagai surga pelarian yang sesuai. Sebuah film yang mungkin telah dilupakan selama tahun lalu itu dengan mudah menggeser peran Tenet sebagai penyelamat bioskop.

Godzilla vs Kong berbicara banyak tentang apa yang diperlukan untuk menjaga agar dunia perfilman terus bertahan. Sesuatu yang membuat kalian melupakan dunia luar, alih-alih ingin kembali ke sana. Jika dibutuhkan pembantaian kaiju tak kenal ampun untuk menyalakan kembali obor cinta terhadap bioskop, maka kita sekarang dalam posisi yang baik-baik saja.

Previous Post
Next Post

0 Comments: