Rabu, 14 Juli 2021

Review The Conjuring: The Devil Made Me Do It – Seri ketiga Conjuring yang membuat ketakutan

Di saat Warner Brothers masih mencoba memperbaiki kekacauan yang terjadi di jagat DCEU, dimana ketegangan karena munculnya visi Zack Snyder yang rupanya disukai oleh banyak orang. Studio lain dari Warner Brothers menjulang kesuksesan yang lebih besar dan konsisten dibandingkan seri-seri film lainnya. Dengan franchise The Conjuring, Warner Brothers telah melahirkan 7 rangkai film dalam 8 tahun ini, dengan total pendapatan hampir 2 miliar dolar di box office global, belum pernah terjadi sebelumnya untuk film yang mengambil genre Horror. Cukup menarik untuk dikulik, bagaimana caranya Warner Brother mengubah sedikit konsepnya dan melahirkan lebih banyak duit.

The Conjuring banyak terinspirasi oleh sosok pasangan penyelidik kegiatan paranormal/mistis yakni Ed dan Lorraine Warren yang menurut beberapa orang sebagai penipu ulung dan penggila publisitas dimana mereka berdua mengilhami 7 film The Conjuring dan memberikan hentakan pada seri boneka picik Annabelle. Yang kemudian dari Annabelle itu lahir film the Nun yang mengangkat iblis Valak sebagai biang masalahnya, dan boneka Annabelle juga melompat ke film The Curse of La Llorona. Agak sedikit aneh dan abstrud sebenarnya mendengar bagaimana boneka Annabelle bisa saling berkaitan dengan film-film yang sepertinya tidak terlalu penting untuk ada di film-film itu.

Perpindahan-perpindahan inilah yang sedikit mulai menipis di film terbaru dan menyegarkan yakni The Conjuring: The Devil Made Me Do It, suatu langkah fresh yang baik pada franchise film yang mulai menujukkan tanda kelelahan. Berfokus pada 1981 dimana Warrens berusaha mengusir roh jahat dari tubuh seorang anak kecil di Connecticut, namun roh jahat itu setelah keluar dari tubuh si bocah malah masuk ke tubuh seorang pemuda bernama Arne yang kemudian pemuda itu membunuh rekannya sendiri. Subjudul film ini yakni The Devil Made Me Do It juga adalah suatu pembelaan terhadap hukuman yang akan diberikan kepada si Arne. Yang kemudian menjadi suatu hal yang booming kala itu karena yahh bayangkan saja kalian akan dihukum di pengadilan tapi kalian bilang kalau setan yang ngebuat kalian ngebunuh orang lain, bukan dari diri kalian sendiri yang ingin ngebunuh itu orang.

Sama seperti film Conjuring sebelumnya, ada plot prosedural yang membantu mengamankan minat gua disaat Warrens mencoba mencari tahu dari mana iblis itu muncul. The Conjuring 3 memperluas formula rumah berhantu dari dua film pertama untuk memasukkan cerita detektif, membuat film ini sedikit lebih menarik dan terasa tidak terlalu berulang, yahh tapi kembali gua kasih tahu, menambah satu sendok gula ke segelas teh tidak akan pernah mengubah teh menjadi madu. Itulah yang terjadi pada si penulis Aquaman, David Leslie Johnson dimana ia memunculkan penyihir, setan di bawah tempat tidur, hingga zombie di kamar mayat, yang membuat gua malah merasa geli dan bukannya takut.

Sementara gua bertanya-tanya berapa banyak lagi kisah Warrens yang kemudian akan difilmkan di masa depan, efektivitas The Conjuring 3 harus menjadi reminder buat Warner Brothers bahwa ada ini film horror mereka yang masih laku di pasaran. Ini yang mungkin bakal ngebuat mereka mulai mempertimbangkan untuk memberikan dana yang lebih besar untuk project The Conjuring berikutnya.

Previous Post
Next Post

0 Comments: