Rabu, 14 Juli 2021

Ulasan Mortal Kombat – Adaptasi Video Game Yang Kurang Memukul

Keinginan untuk menonton film ini datang dari ekspektasi dan kegemaran gua main versi gamenya. Namun ekpektasi itu juga dibarengi dengan pengalaman nonton versi lawasnya yang begitu buruk, bahkan adaptasi terbaik Mortal Kombat pun hanya dilabeli lumayan bagi kritikus film global seakan menjelaskan kalau memainkan karakter Mortal Kombat lebih baik daripada menonton mereka. 

Meski ekpektasi yang bertumpuk, tapi Mortal Kombat juga tiba di waktu yang tepat, karena dengan dibukanya kembali bioskop maka penonton yang sudah mendambakan fatality-fatality dengan darah dimana-mana itu bisa lebih terpuaskan dengan layar yang lebih lebar. Warners dengan cermat menempatkan tanggal rilis Mortal Kombat sebulan setelah Godzilla vs Kong dan juga mendistribusikannya di HBO Max di waktu bersamaan dengan rilisnya di bioskop.

Meskipun tidak memiliki heforia sebesar Godzilla vs Kong yang banyak menyenangkan orang, Mortal Kombat sejatinya memberikan fan service yang cukup untuk sejumlah pihak. Filmnya bermain konyol dalam penceritaan tapi tidak main-main dari segi perkelahian, McQuoid dengan penuh belas kasih menghindari pengambilan gambar yang tidak diperlukan yang berujung hal-hal monoton dan tidak perlu. Berimbas, plot ceritanya yang berantakan dan tidak penting untuk diikuti, dan lebih memfokuskan diri pada pertarungan Cole Young yang diperankan oleh Lewis Tan sebagai petarung MMA yang menemukan bahwa ia memiliki darah pejuang Mortal Kombat dari sisi Earthrealm yakni Scorpion. Dia pun direkrut untuk ambil bagian dalam turnamen yang mempertemukan mereka yang memiliki tanda lahir naga untuk bertarung dalam Mortal Kombat.

Kita disajikan jargon-jargon terkenal Mortal Kombat yang sebenarnya keren tapi entah rasanya kikuk buat didengerin, kadang-kadang tidak koheren dan berujung tidak penting. Dengan dasar bahwa ini adalah film pertempuran antara yang baik melawan yang jahat dan dengan segala nilai jual utama film ini dan rating R yang melekat padanya membuat McQuoid berusaha sekeras mungkin untuk mendorong Mortal Kombat hingga batasnya. Hasilnya, sebagai film fighting, pertarungan yang disajikan memang tidak semegah The Raid tapi masih bisa menghibur di beberapa sisi. Seperti pertarungan antara Scorpion melawan Sub Zero yang menjadi basis utama film ini. bagi mereka yang baru mengenal dunia Mortal Kombat, film ini sebenarnya tidak gua rekomendasikan buat memulai, karena banyak adegan yang terkesan berantakan dimana banyak karakter yang menceritakan tentang banyak hal pada suatu waktu tapi perhatian padanya terlalu rendah, dan berujung tidak ada gunanya.

Kehadiran Joe Taslim pada film ini juga mungkin membuat orang-orang utamanya dari tanah air ingin melihat film ini. Tidak bisa dipungkiri, keterlibatan Joe Taslim di Mortal Kombat membuat orang-orang yang sebelumnya tidak begitu ingin menonton Mortal Kombat jadi ingin nonton. Ya walau akhirnya aktingnya tidak begitu diperlihatkan karena karakternya yang terus-terusan mengenakan masker. Mortal Kombat tentu memiliki sejumlah kekurangan, seperti selera humor yang rendah, skrip yang kurang koheren, editing film yang tidak megah, dan musik techno yang kurang nendang. Selain daripada itu, rasanya minum tuak lebih memacu adrenalin daripada nonton film ini.

Previous Post
Next Post

0 Comments: