Keinginan untuk menonton film ini datang
dari ekspektasi dan kegemaran gua main versi gamenya. Namun ekpektasi itu juga
dibarengi dengan pengalaman nonton versi lawasnya yang begitu buruk, bahkan
adaptasi terbaik Mortal Kombat pun hanya dilabeli lumayan bagi kritikus film
global seakan menjelaskan kalau memainkan karakter Mortal Kombat lebih baik
daripada menonton mereka.
Meski ekpektasi yang bertumpuk,
tapi Mortal Kombat juga tiba di waktu yang tepat, karena dengan dibukanya
kembali bioskop maka penonton yang sudah mendambakan fatality-fatality dengan
darah dimana-mana itu bisa lebih terpuaskan dengan layar yang lebih lebar. Warners
dengan cermat menempatkan tanggal rilis Mortal Kombat sebulan setelah Godzilla
vs Kong dan juga mendistribusikannya di HBO Max di waktu bersamaan dengan
rilisnya di bioskop.
Meskipun tidak memiliki heforia
sebesar Godzilla vs Kong yang banyak menyenangkan orang, Mortal Kombat
sejatinya memberikan fan service yang cukup untuk sejumlah pihak. Filmnya
bermain konyol dalam penceritaan tapi tidak main-main dari segi perkelahian,
McQuoid dengan penuh belas kasih menghindari pengambilan gambar yang tidak
diperlukan yang berujung hal-hal monoton dan tidak perlu. Berimbas, plot
ceritanya yang berantakan dan tidak penting untuk diikuti, dan lebih
memfokuskan diri pada pertarungan Cole Young yang diperankan oleh Lewis Tan
sebagai petarung MMA yang menemukan bahwa ia memiliki darah pejuang Mortal
Kombat dari sisi Earthrealm yakni Scorpion. Dia pun direkrut untuk ambil bagian
dalam turnamen yang mempertemukan mereka yang memiliki tanda lahir naga untuk
bertarung dalam Mortal Kombat.
Kita disajikan jargon-jargon
terkenal Mortal Kombat yang sebenarnya keren tapi entah rasanya kikuk buat
didengerin, kadang-kadang tidak koheren dan berujung tidak penting. Dengan
dasar bahwa ini adalah film pertempuran antara yang baik melawan yang jahat dan
dengan segala nilai jual utama film ini dan rating R yang melekat padanya
membuat McQuoid berusaha sekeras mungkin untuk mendorong Mortal Kombat hingga
batasnya. Hasilnya, sebagai film fighting, pertarungan yang disajikan memang
tidak semegah The Raid tapi masih bisa menghibur di beberapa sisi. Seperti
pertarungan antara Scorpion melawan Sub Zero yang menjadi basis utama film ini.
bagi mereka yang baru mengenal dunia Mortal Kombat, film ini sebenarnya tidak
gua rekomendasikan buat memulai, karena banyak adegan yang terkesan berantakan
dimana banyak karakter yang menceritakan tentang banyak hal pada suatu waktu
tapi perhatian padanya terlalu rendah, dan berujung tidak ada gunanya.
Kehadiran Joe Taslim pada film ini
juga mungkin membuat orang-orang utamanya dari tanah air ingin melihat film
ini. Tidak bisa dipungkiri, keterlibatan Joe Taslim di Mortal Kombat membuat
orang-orang yang sebelumnya tidak begitu ingin menonton Mortal Kombat jadi
ingin nonton. Ya walau akhirnya aktingnya tidak begitu diperlihatkan karena
karakternya yang terus-terusan mengenakan masker. Mortal Kombat tentu memiliki
sejumlah kekurangan, seperti selera humor yang rendah, skrip yang kurang
koheren, editing film yang tidak megah, dan musik techno yang kurang nendang.
Selain daripada itu, rasanya minum tuak lebih memacu adrenalin daripada nonton
film ini.
0 Comments: