Gua menghabiskan banyak waktu di internet buat bicara dan
ngomongin tentang arti dari suatu film, mencoba menganalisis apa yang dikatakan
oleh beberapa film bermerek perusahaan PG-13 yang sukses besar tentang budaya
kita atau zaman dimana kita hidup. Gua ngelakuin itu memang karena film menjadi
lebih tertarik menangani tema-tema yang berbobot. Tapi gua juga melakukan ini
karena menyenangkan menggunakan hal-hal populer sebagai prisma untuk memahami
masalah di zaman kita ini.
Jadi gua benar-benar terkejut dan terkesan dan terpesona
ketika gua nonton lagi Captain America: The Winter Soldier dimana secara jelas
film ini menjabarkan ke kita semua bahwa aparat intelijen modern kita dan seluruh
sistem keamanan nasional kita merupakan penjahat terbesar di abad ke-20. Dan
lebih buruknya lagi, kita menyambut mereka seakan messiah yang dengan bebas dan
atas keinginan mereka dapat mengendalikan diri kita. Dalam istilah dunia nyata,
Winter Soldier pada dasarnya mengatakan bahwa NSA diciptakan oleh nazi dan kita
membiarkannya begitu saja. ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh kritikus
EW Owen Gleiberman dimana dalam ulasannya ia mengemukakan bahwa villain di The
Winter Soldier benar-benar kompleksitas industri militer.
Akhir-akhir ini gua kepikiran tentang bagaimana kita
membangun makna tentang budaya pop, disaat kita yang secara umum menggemari
franchise yang bernilai miliaran dolar seperti MCU. Di satu sisi, menurut gua
tidak masalah jika filmmaker membuat film dengan mengatakan sesuatu yang
spesifik, memang, kalian bisa berargumen bahwa membuat film dengan ide-ide
tertentu akan kurang menarik, bahwa yang paling penting itu karakternya ikonik
dan gaya penceritaannya menarik. Tidak ada orang yang menulis judul ini dapat
dengan aman mengkritik siapa pun karena terlalu banyak membaca tentang budaya
pop.
Pada saat yang sama, relatif sulit ditemukan film besar
dimana ide sentralnya benar-benar memiliki kejelasan dan filmmaker mengambil
langkah ekstra di luar nalar untuk memperkenalkan budaya kontemporer menurut
dirinya. Untuk semua pembicaraan tentang nihilisme, yang adalah sentral dari
trilogi Batmannya Christopher Nolan, apa yang membuat The Dark Knight hebat
bukan karena bagaimana ia mengubah Joker menjadi teroris gila tak berperasaan.
The Dark Knight memasukkan beberapa ide ke dalam siklusnya,
tetapi pusatnya tetap sama, ini yang kemudian menjadi kekurangan bagi banyak
film lainnya. Joker bukanlah orang yang melakukan tindakan terorisme karena
negara, atau uang. Memang kalau mau dipikir lagi, Joker melakukannya karena ya
dia mau saja. Sebaliknya, The Dark Knight Rises gagal karena Bane terlalu
banyak diberikan tujuan: Bane adalah teroris sosialis fundamentalis yang
rupanya budak cinta dari anak gadisnya Ra’s Al Ghul.
Film-film superhero garapan Nolan begitu menyukai
penggamaran yang kalau bisa senormal mungkin, lihat saja bagaimana membuminya
Man of Steel. Sejauh ini, film-film dari Marvel Studios telah bergerak ke arah
yang jauh lebih ringan. Iron Man dimulai dengan tur yang berakhir dengan si
Tony Stark dibom oleh senjatanya sendiri, namun ketika ia segera memutuskan
untuk menjadi superhero dan menghentikan sepenuhnya semua produksi senjata di
perusahannya yang bernilai miliaran dolar, kita secara resmi berada di dunia
fantasi.
Tapi kemudian kita sampai di Captain America: The Winter
Soldier. Ada saat ketika Cap mengetahui bahwa pemimpin misterius dari
organisasi jahat yang disebut Secret Empire adalah beberapa politisi yang
mungkin salah satunya adalah Richard Nixon.
The Winter Soldier adalah film yang dibungkus dengan
ikonografi politik Amerika. Misi Captain America ke Lemurian Star adalah
special operation yang dijalankan dengan baik dimana mengingatkan kita pada
pertarungan antar superhero yang diselimuti ala-ala Metal Gear Solid yang
menyenangkan dan menyimpan banyak informasi di dalamnya.
Kemudian ada scene dimana Nick Fury menunjukkan ke Captain
America mega-helicarrier rahasia. Fury juga menjelaskan suatu perumpamaan yang
kemudian gua jadikan sebagai moto hidup gua dalam menilai orang lain. “Kalian
boleh suka dengan siapa saja, tapi jangan pernah percaya dengan siapa saja”.
Scene dilanjutkan dengan Fury menunjukkan Stick: Weaponry yang dapat membunuh
100 orang dalam sekejap dan bisa membaca DNA teroris dari jarak satu juta mil.
“Saya pikir hukuman biasanya datang setelah kejahatan, kau menodongkan senjata
ke semua orang di Bumi dan menyebutnya perlindungan. Ini bukan kebebasan, ini
ketakutan.” Ujar Captain America sesaat mengetahui kehebatan mega-helicarrier.
Di lanjut bahwa di masa Captain America dulu, orang-orang melakukan hal buruk
demi membuat dunia lebih baik- tapi dunia lebih baik menurut Captain America
bukan lah seperti saat ini.
Lalu Cap pergi menemui Peggy Carter, sang pujaan hati yang
sudah digantungin selama berdekade-dekade. Belakangan diketahui bahwa Peggy
Carter adalah salah satu inisiator SHIELD. Dialognya yang memorable juga adalah
“Terkadang, yang terbaik yang bisa kita lakukan adalah memulai dari awal”.
Pesan untuk sang Captain untuk memulai lagi kehidupannya dan merelakan apa yang
sudah terjadi biarlah terjadi.
Di penghujung film, Alexander Pierce bertanya ke dewan
direksi, bagaimana jika Anda mengetahui bahwa seseorang akan datang tuk
membunuh putri Anda dan Anda hanya butuh satu kali klik untuk menghentikan pembunuhan
itu?
Pierce juga menanyakan hal yang sama pada Nick Fury. Karena
Pierce menganggap dirinya sebagai pahlawan saat ini karena bersedia membunuh
beberapa juta orang demi menyelamatkan miliaran. Tanggapan Fury? Kalimat yang
bagus di babak ketiga film yang menurut gua keren abis “Saya cukup berani untuk
tidak melakukannya.”
Scene ini terjadi tepat di saat Captain America menolak
melawan sahabatnya – Bucky yang malang dan telah dicuci otaknya. Bucky sama
seperti dirinya, seorang penjelajah waktu yang dijadikan mesin pembunuh oleh
HYDRA. Cap tiadk bisa membunuh Bucky jadi dia berhenti melawan dan membiarkan
si Winter Soldier menghabisinya. Narasi makro dan mikro di film ini berada di
titik klimaks yang sama. Fury berhasil mengagalkan impiannya Pierce dan Captain
America membuat Winter Soldier mengingat kembali dirinya di masa lalu.
Winter Soldier menunjukkan ke kita bahwa Marvel bersedia
menggali karakter-karakternya untuk membiarkan mereka menjelajahi dunia nyata
dan kontemporer kita. Karakter Black Widow yang adalah mata-mata tanpa
identitas asli itu pun memiliki sisi humanisnya dengan berani mengungkapkan
segala rahasianya bersama dengan semua rahasia-rahasianya SHIELD. Yahh, film
ini begitu cepat di babak ketiganya.
Winter Soldier menegaskan, bagi gua bahwa Captain America
adalah franchise film paling menarik di semesta Marvel. Karena kesediaannya
untuk terlibat dengan dunia yang mirip dengan dunia kita. Tidak seperti dunia
Iron Man apalagi Thor. Gua cinta dengan kesan dan kekuatan pesannya. Di awal film
Fury menawarkan pernyataan yang mempromosikan realisme: “SHIELD mengambil dunia
apa adanya, bukan seperti yang kita inginkan!”. Ini adaah film yang optimis,
tetapi beroperasi dari posisi paranoid dan sinisme. Ia membenci Amerika, namun
percaya pada Amerika. Sebuah paradox, tetapi juga sebuah janji setia untuk
negara.
0 Comments: