Senin, 12 Juli 2021

Bagaimana Hideaki Anno Mengubah Obsesi dan Depresi Menjadi Anime yang Fenomenal

Seri anime Hideaki Anno yakni Neon Genesis Evangelion adalah salah satu karya animasi terbesar sepanjang masa. Seri ini juga salah satu dari sekian kisah yang memiliki ending paling aneh dan membingungkan sepanjang masa. Sementara daya pikat utama dari seri ini adalah robot raksasa melawan monster yang tidak kalah besarnya, itu hanya sekedar tontonan biasa saja, sementara endingnya membuat penonton tahu kalau yang mereka tonton sedari awal hanya bumbu kecil saja daripada rahasia besar yang terkuak setelahnya.

Anno ingin menciptakan sesuatu yang lebih dalam dari sekedar pertempuran tanpa berpikir. Sebaliknya, ia menciptakan entitas yang begitu kompleks untuk seri yang membuat manusia menjadi seakan semut dan menampilkan kematian sebagai suatu hal yang tak bisa dihindarkan. Anime ini berurusan tentang tema-tema besar agama, isolasi, dan apa artinya menjadi manusia. singkatnya, seri ini benar-benar menghancurkan jiwa.

Neon Genesis Evangelion kemudian di masa depan menjadi inspirasi untuk berbagai serial anime, seperti Gundam dan Gurren Lagan contohnya. Tapi yang terjadi di luar sana, bahwa terdapat ekspansi cerita dari kisah serialnya yang dibuat dalam 4 judul film yang menceritakan kembali seri Evangelion dan menulis ulang akhir kisahnya.

Tapi untuk video ini, gua bakal bahas tentang ending seri animenya dulu karena kebetulan film keempat dari rebuild belum tersedia di Indonesia jadi gua belum punya wewenang untuk bicara banyak tentang film itu.

Ending Neon Genesis Evangelion yang banyak dianggap sebagai yang paling membingungkan dan sama sekali tidak terduga bahwa itu yang akan diserahkan Anno pada kita, karena dua episode terakhir menjadi ujian yang ambigu dari pikiran seorang manusia, daripada pertempuran epik yang diharapkan untuk menentukan takdir umat manusia.

Serial ini dimulai di Tokyo-3 setelah peristiwa maha dahsyat yang disebut Second Impact. Dua juta orang terbunuh, lapisan es kutub mencair, dan para ilmuwan menkonfirmasi keberadaan Adam dan Lilith, dua original angel yang diciptakan oleh ras nenek moyang. Adam dan Lilith adalah 2 benih kehidupan, makhluk luar angkasa yang masing-masing bertanggung jawab atas terciptanya angel dan manusia.

First Impact terjadi miliaran tahun yang lalu ketika Lilith jatuh ke Bumi. Adam kala itu sudah ada di sini, siap untuk menciptakan ras angel. Adalah bencana bagi dua benih kehidupan berada di planet yang sama, jadi hanya boleh satu saja yang menang. Adam dan Lilith dilengkapi dengan senjata maha kuat yang disebut tombak Longinus, dan saat tombaknya Adam aktif, tombak itu justru kemudian membiusnya. Hal ini yang kemudian membuat Lilith menjadi benih kehidupan di bumi dan ia menciptakan ras manusia.

Sekarang, setelah peristiwa apokalpitik, umat manusia menghadapi malapetaka lain yakni monster yang mereka sebut “Angel”, yang merupakan anak-anak Adam. Malaikat-malaikat ini bukanlah manusia bersayap yang sering digambarkan dalam kitab-kitab berbagai agama; sebaliknya, Angel pada Evangelion adalah bentuk mengerikan yang bertujuan merebut kembali Bumi dan menghancurkan umat manusia.

Untuk melawan para Angel, organisasi misterius bentukan PBB yakni NERV menciptakan robot raksasa yang disebut Eva yang hanya bisa dikemudikan oleh orang-orang tertentu. Ikari Shinji adalah salah satu dari sedikit orang yang terpilih dan dapat menggabungkan sistem sarafnya dengan Eva Unit-01. Shinji bersama pilot lainnya pun maju di garis terdepan dan bertempur melawan Angel.

Namun ketika Shinji dan pilot lainnya berpikir bahwa apa yang mereka lakukan adalah suatu pengorbanan untuk menyelamatkan umat manusia, mereka sebenarnya dimanipulasi oleh NERV dan SEELE, Seele adalah organisasi rahasia pemerintah lainnya dan bila diartikan berdasarkan katanya maka SEELE artinya Jiwa dalam bahasa Jerman. Para pemimpin SEELE menggunakan para pilot Eva untuk menciptakan Third Impact dan melaksanakan Human Instrumentality Project.

Human Instrumentality adalah konsep penting untuk memahami anime Evangelion dan ending ceritanya. SEELE ingin menjadikan Third Impact sebagai langkah selanjutnya dalam evolusi manusia, yang melibatkan pemaksaan semua jiwa manusia di bumi bersatu dalam suatu wujud entitas. Di sini, manusia dapat mengisi lubang di hati dan pikiran satu sama lain, yang tampaknya adalah obat untuk kesepian dan rasa tidak aman. Dalam bentuk ini, manusia dapat menjadi lebih dekat dengan Tuhan.

Meskipun tidak ada tanda yang jelas tentang kapan Human Instrumentality ini dimulai, namun dapat dikatakan bahwa kejadian itu terjadi pada akhir episode 24 dengan episode 25 dan 26 menggambarkan proses yang terjadi pada setiap jiwa-jiwa yang mengalami Human Instrumantality yang digambarkan melalui Shinji dan penolakannya terhadap proses ini.

Episode 24 berakhir pada kematian angel ke tujuh belas dan yang terakhir yakni Kaworu Nagisa, di tangan Shinji. Kaworu meminta kematian sebagai tindakan akhir dari kebebasannya, karena ia menyatakan dirinya tidak ingin lagi menghancurkan umat manusia, dia malah ingin manusia yang sekarang tetap bertahan.

Bila diliat dari sisi manusia, kematian angel terakhir tentu menjadi kabar baik yang membebaskan manusia dari belenggu angel, tapi faktanya kematian Kaworu adalah awal dari malapetaka yang direncanakan oleh SEELE. Tidak secara jelas ditunjukkan bagaimana atau mengapa, tetapi dengan kejadian-kejadian aneh dari episode berikutnya, dapat disimpulkan bahwa Human Instrumantality Project telah dimulai.

Kematian Kaworu sangat dramatis, epik, dan terasa seolah-olah semua orang sedang tertatih-tatih di jurang bencana. Tapi Anno menumbangkan harapan ini dengan dua episode terakhir, yang hanya didorong oleh dialog-dialog psikis.

Kedua episode itu benar-benar mengubah tone evangelion karena tidak ada eva yang ditampilkan dan tidak ada pengungkapan dramatis tentang seperti apa rupa dari Human Instrumantality. Sebaliknya, Anno lebih memilih pandangan yang jauh lebih introspektif pada kiamat dan apa yang terlintas dalam pikiran seseorang saat mereka larut menjadi suatu bentuk jiwa.

Pada episode 25, Shinji diperlihatkan duduk di ruangan gelap. Di sini ia merenungkan siapa dirinya sebenarnya dan menyadari betapa kesepiannya dia. Di sekelilingnya, para tokoh evangelion mulai menanyakan Shinji tentang kehidupan, serta mencoba mengurai pengalaman dan trauma mereka sendiri.

Saat semua masalah bercampur ini lah yang menggambarkan bagaimana setiap orang perlahan-lahan berkumpul, menyatukan hati dan pikiran. Mereka semua akhirnya saling mengenal ketakutan terdalam mereka, kenangan terburuk mereka, dan kecemasan terbesar mereka. Dengan bersatu, entah bagaimana mereka akan saling mengisi lubang di hati masing-masing. Semuanya ditelanjangi karena perlahan-lahan menjadi satu.

Kemudian di episode 26, dimana Human Instrumantality nyaris selesai, Shinji masih berusaha memahami tujuannya di luar menjadi pilot Eva. Dia merenungkan tempatnya di dunia, dan akhirnya menyadari bahwa dia ingin tetap menjadi dirinya sendiri. Dia menolak untuk berasimilasi menjadi makhluk tak berbentuk dan malah mengenggam sisi kemanusiannya. Shinji telah menemukan nilainya. Dengan penolakannya terhadap Human Instrumantality, mungkin muncul momen yang paling membingungkan dari seri ini dimana teman-teman dan keluarganya berdiri di sekeliling Shinji dan bertepuk tangan dan berkata “Selamat”.

Terasa begitu antiklimaks, bahwa seri ini tidak menggambarkan tentang melawan monster, tetapi tentang kedamaian itu beneran ada atau enggak? Hidup datang dengan rasa sakit, kesepian, dan kesedihan, tetapi itu jauh jauh lebih baik daripada tidak merasakan apa-apa. Shinji sedang diberi ucapan selamat karena mengenali emosinya sendiri dan melihatnya sebagai apa yang dia inginkan.

Akhir cerita anime ini tentu membuat penggemarnya murka. Karena akhir cerita aslinya malah diubah menjadi pengalaman psikisnya Shinji. Gainax, studio creator Neon Genesis Evangelion, diketahui sedang mengalami kesulitan finansial kala itu, jadi kurangnya sumber daya menjadi penyebab akhir seri yang aneh dan tidak lengkap. Semua dana sudah habis untuk membuat pertarungan hebat pada episode-episode sebelumnya, dan tak ada lagi sisa untuk episode klimaks. Tapi bukan hanya perkara finansial saja, Anno juga tidak tahu bagaimana dia harus mengakhiri serialnya ini.

Neon Genesis Evangelion lahir dari depresi empat tahunnya Anno, jadi dia bergulat dengan bagaimana merangkum tidak hanya akhir dunia tapi juga akhir dari penyakit mentalnya. Dia terus berjuang dan akhirnya menulis ulang banyak kisah Evangelion sebagaimana yang terjadi pada The End of Evangelion yang secara eksplisit menunjukkan apa yang terjadi selama Human Instrumentality, dan Neon Genesis Evangelion: Death & Rebitrh, yang selanjutnya menjelaskan rencana SEELE.

Original Ending menggambarkan bahwa terlepas dari penderitaan tentang keberadaan kita, itu masih jauh lebih baik daripada tidak merasakan apa-apa. Tidak ada obat yang tepat untuk rasa kesepian atau kebencian diri atau emosi negatif apa pun yang datang dengan menjadi manusia.

Jadi pada intinya, Neon Genesis Evangelion adalah anime tentang mengakui depresi dan kesepian dan menyadari bahkan kehidupan terkecil pun memiliki tujuan. Tidak ada kekuatan yang lebih tinggi atau organisasi rahasia apapun yang dapat benar-benar mengendalikan nasib seseorang; sangat penting bahwa orang-orang sebaiknya berpegang pada pengalaman mereka sendiri untuk tetap sadar siapa mereka.

Previous Post
Next Post

0 Comments: