Senin, 12 Juli 2021

Judas and the Black Messiah: mitos FBI sebagai biro penegak hukum terbaik pun runtuh

Film drama terbaru Hollywood berjudul Judas and the Black Messiah berlatar di akhir tahun 1960-an, di masa ketika FBI menyebut Black Panther sebagai “The Greatest threat to internal security of the country”. FBI berusaha untuk menetralisis para Black Panther dengan cara apapun yang bisa mereka lakukan, mulai dari infiltrasi, pengawasan, dan pada akhirnya pembunuhan pada Fred Hampton sosok “The Black Messiah” itu sendiri yang dengan luar biasa di perankan oleh Daniel Kaluuya. Menurut J Edgar Hoover, FBI adalah pelindung masyarakat Amerika Serikat, tapi bagi banyak komunitas negro, FBI adalah ancaman.

Selama beberapa dekade ini, Hollywood selalu menampilkan FBI sebagai polisi Amerika terbaik, sesuai moto mereka “Fidelity, Bravery, Integrity”, dan tidak sulit untuk mencari tahu alasannya. J Edgar Hoover adalah dalang dari citra FBI ini. G-Men rilisan 1935 adalah contoh dari film gangster yang pro pemerintah. Atau series The FBI Story pada tahun 1959 yang menjadi pencapaian terhebat seorang Mervyn LeRoy. Hoover sebagai temannya LeRoy secara personal meminta reshoot beberapa scene yang dia tidak sukai dan mendorong James Stewart sebagai pemeran di film tersebut menunjukkan sifat seorang G-Men yang atletis, lurus, putih, dan jantan.

Hal ini membantu Hoover menyimpan beberapa file dari bintang-bintang terkenal Hollywood seperti Charlie Chaplin, Marilyn Monroe, dan Orson Welles. Siapa yang tahu apa-apa saja yang dimilikinya? Ketika Hoover mengetahui sebuah lelucon yang meremehkan dirinya dan FBI pada film The President Analyst rilisan 1967, tak lama film itu lalu menghilang dari bioskop. Dan mari lihat apa yang terjadi pada Jean Seberg. Setelah dia mendukung Panthers, FBI menyadap dan mengintimidasi aktor tersebut, bahkan menyebarkan rumor palsu tentang kehamilannya. Dia pun bunuh diri pada 1979.

Bahkan setelah rezim Hoover berakhir, Hollywood masih menunjukkan FBI sebagai wujud polisi terbaik dan heroik. Dari karakter Clarice Starling di film The Silence of the Lambs hingga Mindhunter nya Netflix. Bahkan film biopik J Edgar Hoover berjudul J Edgar yang dimainkan bintang sekelas Leonardo Di Caprio dan Clint Eastwood pun tampak lebih tertarik pada seksualitas Hovver yang tertindas daripada rasismenya. Di lain sisi pada Mississippi Burning yang disutradari Alan Parker pun FBI di lukiskan sebagai penyelamat hak-hak sipil yang direbut oleh Ku Klux Klan.

Sekarang kita bisa melihat koin dari sisi yang berbeda. Sebuah inti sari untuk Judas and the Black Messiah adalah dokumen terbaru MLK/FBI yang merinci berapa lama FBI telah menyabotase gerakan Marti Luther King. Film Seberg yang diperankan Kristen Stewart menunjukkan betapa tidak adilnya FBI dalam memperlakukan orang yang pro pada panthers, dan mulai dari titik itu adalah tanda bahwa industri perfilman Hollywood akhirnya dapat mengambil alih kendali. Dengan nada yang sama The United States vs. Billie Holiday karya Lee Daniels merinci kembali tentang penganiayaan si penyanyi kondangan itu oleh biro narkotika mitra FBI dalam upaya pencegahan. Tentu FBI juga telah berbuat baik dengan berurusan tentang urusan Klan, tetapi rasanya sangat sulit untuk tidak mengeluh tentang bagaimana subjek investigasi itu tidak pernah berubah.

Previous Post
Next Post

0 Comments: