Selasa, 13 Juli 2021

Minari – kisah yang menempatkan identitas di urutan kedua.

Tidak seperti Crazy Rich Asians dan the Farewell, Minari menghindari narasi benturan budaya dan berfokus pada tema yang lebih universal.

Drama penuh perasaan milik Lee Isaac Chung yakni Minari memecahkan rekor representasi Asia-America pada gelaran Oscar 2021, lebih dari setahun setelah tepuk tangan meriah yang didapatkan Minari pada Sundance Film Festival, Minari hadir sebagai successor dari Crazy Rich Asians dan The Farewell.

Ketiga film tadi telah menjadi titik balik dari orang-orang Amerika keturunan Asia yang mencari representasi mereka di layar lebar, dan Minari menghadirkan nuansa yang lebih baik dengan kisah kekeluargaan yang diusung.

Di saat Crazy Rich Asians dan The Farewell menggunakan keluarga sebagai background, sementara fokus utama di tonjolkan pada budaya dan identitas asia mereka, Minari justru membalik konsep itu. film ini jauh mengedepankan perjuangan keluarga, sementara identitas dan budaya ditempatkan di posisi setelahnya. Oleh karena itu, film ini jadi lebih terasa membumi dan dapat di nikmati oleh khalayak ramai.

Minari berkisah tentang keluarga Yi, dimana sang suami yakni Jacob pindah rumah bersama istrinya, Monica dan kedua anaknya yaitu Anne dan David dari California ke pedesaan Arkansas pada tahun 1980-an. Di sana, Jacob berharap bisa mewujudkan impian amerikanya yakni bisa membangun ladang pertanian khas korea.

Adegan pertama film ini adalah close up kepada anggota keluarga Yi saat mereka melewati pedesaan menuju rumah baru mereka. Tanpa suara, kecuali piano melankolis yang adalah soundtrack dari film ini. dialog pertama dari Minari muncul di saat Monica keluar dari mobil, dan bergumam kecewa saat melihat rumah yang dibeli Jacob- hal ini yang kemudian menggambarkan konflik batin antara ekspektasi pribadi dan keluarga.

Adegan itu jauh dari adegan rasis staf hotel, atau bertukar kebodohan antara nenek kulit putih yang menggunakan bahasa mandarin dengan sangat kaku. Opening scene yang membuat Crazy Rich Asians dan The Farewell tidak sama baiknya, dengan protagonis yang putus asa memahami dirinya apakah ia seorang asia atau amerika.

Minari tidak seperti itu. Film ini dengan jelas menggambarkan kalau keluarga Yi adalah keluarga hasil akulturasi budaya antara Asia dan Amerika, dan hasilnya, Minari tidak menghabiskan banyak usaha untuk memperjelas hal yang sepatutnya tidak perlu dilakukan seperti yang dilakukan Crazy Rich Asians dan The Farewell. Jacob dan Monica banyak berdebat tentang arah keluarga dan pernikahan mereka, bukan tentang cara beradaptasi dengan tetangga kulit putih mereka.

Ya walaupun begitu, Minari tidak sepenuhnya menghindari konflik antar budaya. Ketika ibunya Monica yakni Soon-ja datang dari Korea dan mulai tinggal bersama mereka, David memberontak dan mengeluh kalau Soon-ja berbau korea. Namun hubungan antara Soon-ja dan David hanyalah subplot saja, bukan main course nya. Apalagi bentrok antara David dan neneknya berakhir begitu mesra dan menghangatkan.

Dalam sebuah wawancara dengan Deadline, Lee Isaac Chung mengatakan bahwa dia ingin filmnya harus mulai bergerak dari masalah rasisme dan mulai fokus pada ekplorasi hambatan dan asimilasi dalam keluarga – sebagai lawan dari lintas budaya, dan menurut gua film ini adalah sebuah keajaiban dunia  sinema.

Karena Minari menghindari benturan budaya, gua merasa terbebaskan untuk menikmati drama keluarga yang disajikan, dan mendalami setiap karakter sebagai manusia secara umum tanpa memandang asal usul mereka. Meski gua orang Indonesia tulen dan buta bahasa korea, tapi Minari dari awal hingga akhir terus mendongeng ke gua. Melihat Jacob Yi dalam beberapa kesempatan gua kayak ngeliat perawakan Walter White nya Breaking Bad, yang pada dasarnya orang Amerika tetapi tetap cocok untuk penonton dari Kolombia hingga Iran sekalipun.

Film yang mengorbankan universalitas demi identitas tidak memberikan daya tarik yang sama bagi gua. Film-film semacam itu menimbulkan ekspektasi berlebih seputar nilai keterwakilannya, yang kemudian menjadi mustahil untuk dipenuhi. Penonton membutuhkan lebih banyak film seperti Minari, yang menceritakan kisah universal dan kebetulan pemerannya adalah keturunan Asia-Amerika. Mungkin saja nanti akan ada film problematika Amerika yang diperanin sama orang Sunda-Jawa. Let’s just keep that in our dream guys hahahahaha.

Minari bukanlah kisah universal pertama yang memiliki pemeran Asia-Amerika. Namun Minari adalah yang pertama memberikan rasa nikmat berupa rasa acceptable dari kritis yang begitu kuat, dan ini telah memberi cahaya baru bagi mereka yang akan mulai membuat film seperti ini. yang kemudian membuat Golden Globes tampak usang dan kolot karena memblokir film non-inggris dalam kategori best pictures mereka.

Previous Post
Next Post

0 Comments: