Raya
and the Last Dragon seharusnya bisa menjadi suatu bentuk perayaan karena
akhirnya Hollywood memiliki film animasi yang seluruh pemerannya adalah
keturunan Asia. Keinginan menonton film ini datang setelah melihat kesuksesan
film-film Asia di ranah Oscar tahun ini, sebut saja Nomadland yang disutradarai
kloui Zhao, seorang wanita keturunan China yang meraih best director dan filmnya
dinobatkan sebagai best picture di Oscar 2021. Youn Yuh-jung di Minari juga
yang mendapat Best Supporting Acress Oscar 2021. Tapi dari semua hal itu,
apakah dengan bergulirnya waktu, kategori “Asian” dalam kategori film perlahan
akan terkikis?
Raya
and the Last Dragon memperlihatkan betapa tidak membantunya kata “Asian” bagi
dunia film. Berlatar belakang di dunia fiksi Kumandra, yang terasa sangat Asia
Tenggara. Animation Artist film ini sendiri mengaku kalau mereka terinspirasi
membuat Kumandra setelah meneliti budaya di Vietnam, Laos, Kamboja, Thailand,
Malaysia, dan Indonesia. Hal itu tercermin dalam detail visual yang amat rinci,
seperti pada arsitektur, lanskap, makanan, senjata, kostum, dan juga warna.
Setidaknya bagi mata orang luar, yang dilakukan para animation artist adalah
suatu hal yang hebat dan terhormat.
Satu
masalah kemudian muncul: bahwa selain Tran (yang orang tuanya berasal dari
Vietnam), sebagian besar pengisi suara Raya and the Last Dragon adalah mereka
yang berdarah China atau Korea – jadi secara umum mereka adalah orang Asia
Timur bukan Asia Tenggara. Langkah itu kemudian menuai beragam kritikan online.
Satu surat terbuka untuk Disney dari California University yang mengawan, bahwa
menolak Raya and the Last Dragon sebagai “representasi nyata Asia”.
Dalam
pembelaan Disney, mereka menjelaskan kalau banyak anggota tim produksi dari
Raya and the Last Dragon adalah orang-orang Asia Tenggara, termasuk penulis Qui
Nguyen dan Adele Lim. Namun masalah ini diperparah oleh latar fiksi Raya, yang
secara jelas menyatukan wilayah yang sangat beragam di dunia ini. Disney
sebelumnya banyak memproduksi film yang merepresentasikan kondisi geografis
suatu wilayah, sebut saja Aladdin yang berlatarkan “Agrabah”, semacam tempat di
Arab dan “Motunui” nya Moana yang mewakili wilayah Polinesia. Namun kedua film
itu jelas tidak merepresentasikan budaya suatu negara secara jelas.
Sebaliknya,
kisah Disney Eropa justru terasa lebih spesifik: Brave dari Skotlandia, dan Beauty
and the Beast dari prancis. Bagaimana perasaan kalian ketika budaya khas dari
negara kalian dicampur padukan dengan budaya dari negara lain? katakanlah
seperti mencampur budaya Inggris, Prancis, dan Jerman yang tentu tidak ada
kesamaan sama sekali.
Mungkin
secara umum “Asia Tenggara” adalah suatu bentuk kemajuan dibandingkan hanya
sekedar “Asia” saja. Beberapa orang di Twitter juga menyatakan kegembiraan
mereka karena budaya dari negara mereka akhirnya dilihat oleh Hollywood. Ini
adalah garis tipis antara representasi dan apropriasi. Meski begitu, Disney
setidaknya siap untuk mencoba melangkah kedepan.
0 Comments: