Olivia Wilde benar-benar disukai
semenjak debut sutradaranya pada tahun 2019 melalui Booksmart yang kalau
diibaratkan, Olivia Wilde seperti telah mengirimkan surat cinta untuk genre
tersebut. Booksmart mengisahkan Best Friend Forever berprestasi yakni Molly dan
Amy yang masing-masing diperankan oleh
Beanie Feldstein dan Kaityln Dever yang digambarkan sedang
panik-paniknya karena semua pilihannya di masa SMA rupanya salah total.
Walau bukan big fan untuk genre
ini, tapi kadang gua sering balik nonton film seperti ini untuk membuat diri
gua menertawain hal-hal aneh dan memalukan dari masa lalu yang tergambarkan
dengan jelas di genre ini, karena yah memang begitulah genre film ini dijual.
Walau sebenarnya sangat mudah tuk diprediksi akan berakhir seperti apa
kedepannya film ini namun transisi perubahan karakter yang related dengan
kehidupan kita membawa kembali memori-memori kekanak-kanakan kita yang kini
sudah mulai beranjak dewasa.
Booksmart menawarkan ekstra
kenyamanan dalam benostalgia dengan warisan-warisan dari diri kita
masing-masing yang patut tuk dihargai. Dalam alur ceritanya, dimana Molly dan
Amy bersumpah menebus keseruan yang telah bertahun-tahun hilang dari diri
mereka di malam terakhir mereka di SMA, seperti merasakan kembali betapa
liarnya American Pie di masa lampau. Booksmart juga saling berbagi DNA
narasinya dengan Superbad yang notabene karakter utamanya sendiri diperankan
oleh Jonah Hill, kakaknya Beanie Feldstein.
Tapi Booksmart melampaui
batasannya, mendorong genre yang mapan dan berbicara langsung kepada para
remaja saat ini. Sangat tradisional dan sangat prorgesif, inilah film remaja
yang benar-benar sempurna.
Mencoba-coba narkoba adalah standar
pada film remaja Barat, tetapi di sini daripada kecanduan pada narkoba.
Sepasang sahabat ini justru kecanduan saat membayangkan diri mereka menjadi
boneka berbie yang disajikan dalam balutan stop-motion pada mata kita yang
memang benar-benar cocok untuk mengindikasikan bahwa mereka mendambakan wujud
sempurna berbie itu sendiri. Canggung untuk bicara dengan gebetan kita, ya itu
hal lumrah pada film remaja, tapi kalau gebetan kita sama-sama wanita itu baru
gak biasa.
Ke gak beneran ini berlanjut saat Amy
berhubungan seksual dengan teman kelasnya yang juga perempuan sama-sama seperti
dirinya. Adegan ini menegaskan Olivia Wilde sepemikiran dengan banyak film-film
remaja yang disutradari oleh perempuan seperti Fast Times at Ridgemont High,
Coming Soon dan The Edge of Seventeen, yang dengan tegas dan otentik
mengeksplorasi pengalaman seksual perempuan.
Munculnya pergerseran budaya secara
umum ke arah memprioritaskan sahabat yang loyal daripada pasangan seperti Abbi
dan Ilana di Broad City, dimana kisah cinta utama Booksmart memfokuskan diri
pada kisah platonis Molly dan Amy sebenarnya. Seharusnya tidak terasa
revolusioner, tetapi gua tetap senang melihat keduanya saling memuja satu sama
lain daripada saling bersaing.
Kombinasi antara rasa nostalgia
yang diberikan Booksmart memang yang paling menjual dari filmnya, menonton film
ini serasa mendapatkan obat yang pas untuk sejenak mengistirahatkan otak dari
apa yang sedang kita alami saat ini. Satu hal yang gua pelajari dari film ini
untuk terus merangkul sahabatmu dan dia akan datang saat kau membutuhkannya.
0 Comments: